Sunday 23 October 2011

PR Suporter

Hasil riset The Nielsen Company di 10 kota besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makasar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin) mengungkapkan persentase orang yang menonton (audience share) siaran pertandingan pada laga pertama final Piala Asean Football Federation (AFF) 2010 tanggal 26 Desember 2010 memperoleh rating 26 dan share 69,9% atau ditonton oleh sekitar 12,8 juta orang berusia 5 tahun ke atas, sedangkan laga kedua pada 29 Desember 2010 mencapai share 65,7% dengan rating 23,1 yang artinya ditonton oleh kurang lebih dari 11,4 juta orang berusia 5 tahun ke atas.

Bandingkan misalnya dengan hasil riset lembaga yang sama pada semifinal Piala AFF 2008 antara Indonesia melawan Thailand yang hanya mencapai rating 9 dan share 45%, atau Piala Asia 2007 saat Tim Nasional Sepakbola Indonesia melawan Korea Selatan dimana rating mencapai angka 13 dan share mencapai 53%. Begitu juga dengan pada final Sea Games 1997 yaitu rating hanya mencapai 25, share 73%. Hal ini setidaknya dapat menunjukan bahwa antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepakbola Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

Begitu juga  dengan peningkatan antusiasme suporter sepakbola yang ingin menyaksikan langsung pertandingan di stadion. Antrian panjang hanya untuk menyaksikan laga sepakbola mungkin baru pertama kali ini terjadi sehingga wajar penyelenggaraan piala AFF 2010 menurut panitia lokal (LOC) yang diketuai Djoko Triyono meraih pendapatan sekitar Rp 30 Miliar.

Kini sepakbola Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan orang tua, anak anak dan kaum hawa. Hal ini tentunya berbeda dari tahun tahun sebelumnya dimana mereka biasanya lebih baik menyaksikan dari layar kaca ketimbang menyaksikan langsung ke stadion. Perubahan ini tentunya perlu kita syukuri oleh seluruh insan sepakbola Indonesia.

Pekerjaan Rumah Suporter
Sepakbola di Indonesia terkenal dengan basis suporternya yang fanatik dan setiap klub sepakbola memiliki wadah organisasi kelompok suporter sendiri. Sebagai contoh misalnya klub sepakbola Persija Jakarta memiliki kelompok suporter yang bernama The Jak Mania, Arema Indonesia memiliki wadah kelompok suporter yang menamakan dirinya Aremania, Persebaya Surabaya punya kelompok suporter yang terkenal dengan sebutan Bonek (Bondo Nekat), Persib Bandung juga memiliki kelompok suporter Viking. Rata rata tiap kelompok suporter klub sepakbola memiliki puluhan ribu anggota.

Menurut data Jakarta Casual selama liga Indonesia Super League (ISL) 2009/2010 Arema Indonesia disaksikan oleh 26.715 Aremania per pertandingan, Persib Bandung disaksikan sekitar 21.753 penonton, PSPS Pekanbaru disaksikan oleh 17.810 penonton, Persija Jakarta disaksikan oleh sekitar 17.457, sedangkan Persebaya menempati urutan ke lima dengan jumlah suporter rata rata per pertandingan sekitar 14.442 penonton. Tanpa suporter pertandingan sepakbola di Indonesia dirasa kurang atraktif dan menarik untuk disaksikan. Suporter juga menjadi pemain ke 12 bagi tim yang didukung, selain itu keuangan klub juga sangat mengandalkan dari pemasukan tiket yang dibayarkan oleh suporter.

Lalu dimakah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh para suporter? PR nya adalah bagaimana kita para suporter tidak melakukan bentrok antar suporter, pembakaran stadion ketika kalah, tidak membunuh suporter lawan, tidak mengeluarkan kata kata rasis, membayar tiket ketika ingin menyaksikan pertandingan, tertib lalu lintas, dan menunjukan sikap yang mencerminkan sebagai seorang suporter sejati. Cukuplah hilangnya nyawa anak bangsa akibat bentrok suporter, rusaknya stadion dan kerugian PT Kereta Api Indonesia sepanjang tahun 2010 senilai Rp 247 juta menjadi alasan untuk menghentikan segala tindakan anarkis suporter. Bravo suporter Indonesia.!