Sunday 14 April 2013

Melongok Kembali Sejarah PSSI

Sumber foto: wartaaceh.com
Setelah memutuskan keluar dari perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada”, Soeratin Sosrosoegondo berkumpul dengan para wakil dari berbagai daerah seperti Sjamsoedin (Voetbalbond Indonesische Jakarta), Gatot (Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB)), Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo (Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta), Soekarno (Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo), Kartodarmoedjo (Madioensche Voetbal Bond (MVB)), E.A Mangindaan (Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM)), Pamoedji (Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB)), dari pertemuan tersebut lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) pada 19 April 1930. Sebuah komitemen besar dari para pelaku sejarah sepakbola nasional yang menjadikan sepakbola bukan untuk kepentingan politik dan ekonomi kelompok, melainkan kepentingan dan alat perjuangan revolusi politik dan ekonomi seluruh rakyat Indonesia melawan penajajah.

Sekiranya memang para elit sepakbola yang mengaku cinta kepada sepakbola nasional harus melihat kembali sejarah berdirinya PSSI dan sepakbola di negeri ini. Tidak ada dalam catatan sejarah masa lalu PSSI diperebutkan oleh kepentingan politik dan ekonomi sekelompok orang, yang ada hanyalah sepakbola dan PSSI sebagai alat nasionalisme melawan penjajah. Sejarah mengatakan bahwa sepakbola bukan sekedar permainan tetapi sebagai alat revolusi, bukan untuk sekelompok, melainkan seluruh lapisan bangsa Indonesia. Publik sepakbola Indonesia memang menginginkan Timnas Indonesia berlaga di World Cup seperti pada piala dunia tahun 1938 atas nama Dutch East Indies yang diwakili oleh 9 pemain Indonesia. Namun, sebelum terlalu jauh memikirkan World Cup perbaiki dulu mentalitas para elit sepakbola di negeri ini, duduk bersama jauh lebih baik ketimbang hanya untuk sekedar menciptakan breakaway league. []