Rupiah melemah (16/12) hingga Rp12.900 per dollar AS (Data Bank Indonesia, diolah) |
Kurs
tengah Bank Indonesia hari ini menunjukan Rupiah yang kembali melemah hingga mencapai
Rp12.900 per dollar AS. Bahkan di sejumlah bank, rupiah dijual dengan harga
Rp13.000 per dollar AS. Pelemahan ini mengingatkan kembali terhadap puncak
pelemahan nilai tukar rupiah pasca krisis 1998 yang terjadi pada 24-26 November
2008 di tengah krisis finansial global. Kurs tengah Bank Indonesia pada tiga
hari itu tercatat Rp 12.400 per dollar AS. Maka hari ini kondisi rupiah Rp500
lebih lemah dibandingkan November 2008.
Tentu
harus diakui, pelemahan ini tidak hanya dialami oleh rupiah. Hampir sebagian
besar pelemahan nilai tukar juga terjadi dinegara-negara berkembang lainnya.
Hal ini tidak terlepas dari membaiknya ekonomi Amerika Serikat sehingga
berdampak pada penguatan nilai dollar AS akibat investor yang berburu valas.
Disamping
itu, pelemahan nilai rupiah ini juga terjadi akibat adanya capital outflow dari emerging
markets terhadap reaksi taper tantrum
(reaksi pasar terhadap The Fed Reserve mengenai pengurangan quantitative easing) seiring adanya
spekulasi percepatan kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat pada kuartal
pertama tahun 2015 setelah sebelumnya diperkirakan terjadi pada kuartal kedua
tahun 2015.
Respon
Bank Indonesia yang dilakukan sejak 18 November 2014 lalu dan kembali
dipertahankan pada tanggal 11 Desember 2014 dengan menaikan suku bunga menjadi
7.75% dari sebelumnya 7.5% dinilai belum mampu menahan pelemahan nilai rupiah
hingga hari ini. Terlebih cadangan devisa untuk menahan laju pelemahan rupiah per
November 2014 kembali menurun dari bulan sebelumnya USD111.9 miliar menjadi USD111.1
miliar.
Kondisi
pelemahan rupiah hari ini hingga Rp12.900 per dollar AS mengingatkan Saya akan
tulisan seorang Faisal Basri di blognya yang Beliau tulis sendiri tanggal 25
Agustus 2013. Faisal Basri yang kini menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola
Migas pernah menulis tentang penguasa terlena rupiah sengsara. Tulisan itu juga
dimuat di Harian Kompas tanggal 26 Agustus 2013. Faisal Basri saat itu mengulas
kondisi rupiah yang mulai bergerak naik ke angka Rp11.000 setelah sebelumnya
masih berada pada posisi Rp8.000 hingga Rp9.000 per dollar AS.
Faisal
Basri saat itu menuliskan diblognya “Kalau disadari kondisi sekarang merupakan
lampu kuning bagi perekonomian dan ancaman serius terhadap momentum pertumbuhan
berkelanjutan, harus muncul sense of
crisis dan sense of urgency.
Kalau terapi kebijakan ekonomi sangat terbatas dan butuh waktu, harus ada juga
desakan moral (moral suasion). Apa
lagi kalau bukan tindakan yang bisa kita lakukan sekarang juga, yaitu menjual
kekayaan dalam bentuk mata uang asing yang dimiliki para penyelenggara negara.”
Tulisan
Faisal Basri begitu mengena, serempak media mulai mengangkat isu ini
kepermukaan dan serempak pula para penyelenggara pemegang dollar yang disebutkan
olehnya ikut angkat bicara, ada yang membantah, ada yang bersedia melepaskan
dollarnya.
Current Account Balance of Indonesia (Dokumen Indopremier-Jeffereis) |
Kini
tentu posisi ekonomi Kita juga masih sama dengan kondisi ekonomi yang digambarkan
oleh Bang Faisal Basri ditulisannya, Kita masih mengalami current account defisit dan mengalami pelemahan nilai rupiah bahkan
lebih rendah hingga mencapai Rp12.900 per dollar AS. Faisal Basri ditulisannya waktu itu mengajak Kita membayangkan betapa besar kekuatan dari dalam diri penyelenggara
negara saja untuk memulihkan rupiah. Kini tulisan itu masih relevan dengan zaman. Semua itu bisa dimulai dari langkah
keteladanan yang bisa dilakukan oleh Jokowi-JK yang menurut LHKPN, Jokowi
memiliki USD27.633 per 14 Mei 2014 sementara JK memiliki USD1.058.564 per 19
Mei 2014.
Kita
semua tentu berharap, tidak hanya kepada para penyelenggara negara yang masih
memiliki dollar dikantongnya, para penguasa dollar lainnya juga diharapkan untuk
melepaskan dollar yang dimilikinya lalu ditukar dengan rupiah. Barangkali
langkah keteladanan juga bisa diikuti oleh Prabowo yang memiliki kekayaan dalam
bentuk USD sebesar USD7.503.134 per 20 Mei 2014 dan Hatta Radjasa yang memiliki
USD75.092 per 20 Mei 2014.
“Jika
tak kuasa membantu, janganlah menjadi rayap-rayap yang menggerogoti sendi-sendi
perekonomian negara,” ujar Faisal Basri menutup tulisan diblognya, sekitar satu
tahun lalu…
Baca juga
Bagaimana cara mendapatkan uang dari internet
Baca juga
Bagaimana cara mendapatkan uang dari internet
No comments:
Post a Comment