Monday, 15 December 2014

Rupiah, Faisal Basri dan Ujian Para Penguasa Dollar

Rupiah melemah (16/12) hingga Rp12.900 per dollar AS (Data Bank Indonesia, diolah)

Kurs tengah Bank Indonesia hari ini menunjukan Rupiah yang kembali melemah hingga mencapai Rp12.900 per dollar AS. Bahkan di sejumlah bank, rupiah dijual dengan harga Rp13.000 per dollar AS. Pelemahan ini mengingatkan kembali terhadap puncak pelemahan nilai tukar rupiah pasca krisis 1998 yang terjadi pada 24-26 November 2008 di tengah krisis finansial global. Kurs tengah Bank Indonesia pada tiga hari itu tercatat Rp 12.400 per dollar AS. Maka hari ini kondisi rupiah Rp500 lebih lemah dibandingkan November 2008.

Tentu harus diakui, pelemahan ini tidak hanya dialami oleh rupiah. Hampir sebagian besar pelemahan nilai tukar juga terjadi dinegara-negara berkembang lainnya. Hal ini tidak terlepas dari membaiknya ekonomi Amerika Serikat sehingga berdampak pada penguatan nilai dollar AS akibat investor yang berburu valas.

Disamping itu, pelemahan nilai rupiah ini juga terjadi akibat adanya capital outflow dari emerging markets terhadap reaksi taper tantrum (reaksi pasar terhadap The Fed Reserve mengenai pengurangan quantitative easing) seiring adanya spekulasi percepatan kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat pada kuartal pertama tahun 2015 setelah sebelumnya diperkirakan terjadi pada kuartal kedua tahun 2015.

Respon Bank Indonesia yang dilakukan sejak 18 November 2014 lalu dan kembali dipertahankan pada tanggal 11 Desember 2014 dengan menaikan suku bunga menjadi 7.75% dari sebelumnya 7.5% dinilai belum mampu menahan pelemahan nilai rupiah hingga hari ini. Terlebih cadangan devisa untuk menahan laju pelemahan rupiah per November 2014 kembali menurun dari bulan sebelumnya USD111.9 miliar menjadi USD111.1 miliar.

Kondisi pelemahan rupiah hari ini hingga Rp12.900 per dollar AS mengingatkan Saya akan tulisan seorang Faisal Basri di blognya yang Beliau tulis sendiri tanggal 25 Agustus 2013. Faisal Basri yang kini menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas pernah menulis tentang penguasa terlena rupiah sengsara. Tulisan itu juga dimuat di Harian Kompas tanggal 26 Agustus 2013. Faisal Basri saat itu mengulas kondisi rupiah yang mulai bergerak naik ke angka Rp11.000 setelah sebelumnya masih berada pada posisi Rp8.000 hingga Rp9.000 per dollar AS.

Faisal Basri saat itu menuliskan diblognya “Kalau disadari kondisi sekarang merupakan lampu kuning bagi perekonomian dan ancaman serius terhadap momentum pertumbuhan berkelanjutan, harus muncul sense of crisis dan sense of urgency. Kalau terapi kebijakan ekonomi sangat terbatas dan butuh waktu, harus ada juga desakan moral (moral suasion). Apa lagi kalau bukan tindakan yang bisa kita lakukan sekarang juga, yaitu menjual kekayaan dalam bentuk mata uang asing yang dimiliki para penyelenggara negara.”

Tulisan Faisal Basri begitu mengena, serempak media mulai mengangkat isu ini kepermukaan dan serempak pula para penyelenggara pemegang dollar yang disebutkan olehnya ikut angkat bicara, ada yang membantah, ada yang bersedia melepaskan dollarnya.
Current Account Balance of Indonesia (Dokumen Indopremier-Jeffereis)

Kini tentu posisi ekonomi Kita juga masih sama dengan kondisi ekonomi yang digambarkan oleh Bang Faisal Basri ditulisannya, Kita masih mengalami current account defisit dan mengalami pelemahan nilai rupiah bahkan lebih rendah hingga mencapai Rp12.900 per dollar AS. Faisal Basri ditulisannya waktu itu mengajak Kita membayangkan betapa besar kekuatan dari dalam diri penyelenggara negara saja untuk memulihkan rupiah. Kini tulisan itu masih relevan dengan zaman. Semua itu bisa dimulai dari langkah keteladanan yang bisa dilakukan oleh Jokowi-JK yang menurut LHKPN, Jokowi memiliki USD27.633 per 14 Mei 2014 sementara JK memiliki USD1.058.564 per 19 Mei 2014.

Kita semua tentu berharap, tidak hanya kepada para penyelenggara negara yang masih memiliki dollar dikantongnya, para penguasa dollar lainnya juga diharapkan untuk melepaskan dollar yang dimilikinya lalu ditukar dengan rupiah. Barangkali langkah keteladanan juga bisa diikuti oleh Prabowo yang memiliki kekayaan dalam bentuk USD sebesar USD7.503.134 per 20 Mei 2014 dan Hatta Radjasa yang memiliki USD75.092 per 20 Mei 2014.


“Jika tak kuasa membantu, janganlah menjadi rayap-rayap yang menggerogoti sendi-sendi perekonomian negara,” ujar Faisal Basri menutup tulisan diblognya, sekitar satu tahun lalu… 

Baca juga
Bagaimana cara mendapatkan uang dari internet

No comments:

Post a Comment