Arif Wibowo (CEO Citilink) saat menerima penghargaan sebagai Indonesia Leading Low Cost Airline 2013 pada acara Indonesia Travel and Tourism Awards, untuk ke tiga kalinya! (Dokumentasi Citilink) |
Terpilihnya
Arif Wibowo sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang baru
dinilai publik sebagai langkah yang tepat. Arif Wibowo bukan orang baru di GIA,
terakhir Arif menjabat sebagai CEO PT Citilink Indonesia anak perusahaan GIA
yang bergerak di low cost carier
(lcc)/penerbangan berbiaya rendah. Sebelum
menjabat sebagai CEO, Arif Wibowo pernah menjabat sebagai EVP Marketing dan
Sales GIA, Senior GM Area Indonesia Barat, Senior GM Area Jepang, Korea, China
dan USA, GM for Fukuoka Jepang, GM Agency dan Interline di GIA.
Pria
yang memiliki nama lengkap Muhammad Arif Wibowo ini lahir pada tanggal 19
September 1966 ini merupakan lulusan teknik mesin Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS Surabaya), serta meraih Master Management of Air Transportation
dari Universitas Indonesia (UI) yang bekerja sama dengan Massachussets
Institute of Technology (MIT). Arif Wibowo juga memperoleh Certified
Professional Marketer (CPM Asia) dari Asia Marketing Federation (AMF).
Kiprahnya
di dunia penerbangan juga dikenal luas. Saat ini hingga 2015, Arif Wibowo masih
dipercaya menjabat sebagai ketua INACA (Indonesia National Air Carriers
Association) sebuah asosiasi perusahaan penerbangan nasional Indonesia. Tidak
hanya itu, Arif Wibowo juga terbilang berhasil menjadikan Citilink bersaing
dijajaran papan atas dengan maskapai penerbangan LCC lainnya.
Citilink Operational Indicators (Dokumen Garuda Indonesia Airlines) |
Citilink
yang mulai beroperasi mulai tanggal 30 Juli 2012 setelah mendapatkan Air
Operator Certificate (AOC) ini di tahun awal penerbangannya menurut data GIA baru
mampu menerbangkan 1,68 juta. Kini dari awal tahun 2014 hingga Q3 2014 Citilink
mampu mengangkut 5,33 juta penumpang. Jumlah ini naik lebih dari 100 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2013 lalu.
Jumlah
pesawat Citilink juga meningkat. Ketika mulai beroperasi sebagai sebuah entitas
bisnis yang terpisah dari GIA, Citilink hanya mengoperasikan 9 pesawat dimana 5
diantaranya merupakan hibah dari GIA sebagai perusahaan induk. Saat ini
Citilink sudah mengoperasikan 29 pesawat yaitu 22 buah pesawat Airbus A320
dengan kapasitas 180 kursi, 6 buah pesawat Boeing 737-300 dengan kapasitas 148
kursi, dan 1 buah pesawat Boeing 737-400 dengan kapasitas 170 kursi. Target
Citilink adalah memiliki 50 pesawat sampai tahun 2015.
Citilink Performance (Dokumentasi Garuda Indonesia Airlines) |
Kinerja
operasional Citilink hingga Q3 2014 juga terbilang baik dengan net income mencapai USD3,8 juta
sementara GIA yang merupakan
induk usaha Citilink dikuartal yang sama mengalami negatif net income sebesar
US$ 219,54 juta.
Citilink
juga pernah meraih beberapa penghargaan, antara lain, dari Indonesia Travel and
Tourism Foundation untuk kategori Leading Low Cost Airline 2011/2012, The
Budgies and Travel Awards 2012 untuk kategori Best Overall Marketing Campaign,
penghargaan Service To Care Award 2012 untuk Airlines Category dari Markplus Insight,
dan Indonesia Leading Low Cost Airlines selama tiga tahun yaitu 2011/2012,
2012/2013, dan 2013/2014 dari ITTA Foundation serta Maskapai Penerbangan
Nasional Terbaik oleh Adikarya Wisata Award 2012.
Penghargaan
ini tidak terlepas dari kiprah Arif Wibowo dengan agenda Mega Leap Citilink
yang sudah mulai dijalankan hingga tahun 2017 nanti seperti regional expansion (2014),
IPO (2015), Leading LCC (2016), serta Sustainable Growth (2017). Kini kiprah
seorang Arif Wibowo ditunggu oleh GIA.
PR Arif di Garuda Indonesia
Airlines
Sampai
dengan kuartal III 2014, GIA masih membukukan rugi bersih hingga USD219,5 juta
atau setara dengan Rp2,63 triliun. Selain itu, tantangan lainnya adalah ASEAN
Open Sky 2015 yang segera diberlakukan. GIA akan menghadapi level persaingan
bisnis yang lebih ketat sehingga menuntut pengelolaan perusahaan yang lebih
efisien.
Arif
Wibowo sendiri seperti yang dilansir beberapa media nasional mengungkapkan akan
menghadapi turbulensi GIA dengan tiga strategi yakni pertama revenue generated yakni mengoptimalkan
aset-aset GIA yang ada untuk meraih keuntungan yang tinggi. Sebagai gambaran hingga
Q3 2014 jumlah aset GIA mencapai USD3163 juta.
Kedua,
Arif Wibowo akan melakukan restrukturisasi cost driver melalui efisiensi
diberbagai lini. Ketiga, pengamanan keuangan perusahaan dalam waktu 6 hingga 1
tahun ke depan dengan refinancing dan pelunasan hutang dengan reprofilling
utang yang akan jatuh tempo. Tentu langkah ini tak mudah namun juga bukan tak
mungkin GIA kembali terbang tinggi dan terhindari dari turbulensi bisnis.
Semoga []
Baca juga
Bagaimana cara mendapatkan uang dari internet
Baca juga
Bagaimana cara mendapatkan uang dari internet
No comments:
Post a Comment