Oleh Rizky Febriana
“Bekerja bersama rakyat
di daerah tertinggal merupakan kenikmatan batin tersendiri yang tidak bisa
dinilai dengan apapun.” dr. Hanibal Hamidi, M.Kes. — Perdesaan Sehat
Tim KKN Unit 149 Cigalontang Tasikmalaya |
Tahun 2010, 20 orang mahasiswa
UGM KKN Unit 149 diterjunkan ke Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang
Tasikmalaya. Meski bukan daerah tertinggal, Kami memilih Desa Pusparaja karena
wilayah ini merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak gempa Tasikmalaya
(2 September 2009) cukup parah. Dengan didampingi Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) Kami menyusun dan melaksanakan program kerja lintas kluster keilmuan, ada
program kerja bidang ekonomi sosial humaniora, pendidikan, teknik, dan
kesehatan. Dahulu judul besarnya Smart Education Model: Model Pemberdayaan
Masyarakat Pasca Bencana Gempa Bumi Tasikmalaya di Desa Pusparaja, Kecamamatan
Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Meski tak banyak yang dapat
Kami lakukan namun setidaknya ada nilai pengabdian masyarakat sebagai salah
satu nilai tri darma perguruan tinggi yang Kami coba berikan.
Tradisi KKN (Kuliah Kerja Nyata)
adalah tradisi pengabdian masyarakat yang rutin dilakukan oleh Universitas
Gadjah Mada. Setiap tahun, selama 2 bulan, ribuan mahasiswa dengan ratusan
kelompok menyebar dari Sabang sampai Merauke. Di tahun Kami, ada juga kelompok
KKN yang terbang ke Jailolo Timur Halmahera Barat, Boalemo Gorontalo, Rantau
Pulung Kutai Timur, Sano Nggoang Manggarai Barat NTT. Bukan untuk membanggakan
almamater karung goni Kami, tapi KKN adalah proses dalam menjaga tradisi
pengabdian masyarakat yang selalu dijunjung tinggi meski harus ditempuh dengan
uang dari kantong saku sendiri (co-financing/co-funding).
Kondisi Cigalontang Paska Gempa Bumi Tasikmalaya |
Tradisi KKN adalah tradisi turun
menurun. Sejak tahun 1951, UGM telah
mengerahkan mahasiswanya ke luar Jawa sebagai guru yang mengajar pada Sekolah
Lanjutan Atas. Dahulu nama kegiatan ini disebut Pengerahan Tenaga Mahasiswa
(PTM) yang merupakan cikal bakal lahirnya KKN. Meski kegiatan ini sempat
terhenti tahun 1962 karena masalah keuangan negara saat itu. Pada tahun 1971
program ini dilanjutkan kembali oleh Almarhum Prof. Dr. Koesnadi
Hardjasoemantri, SH dan hingga kini KKN dipertahankan sebagai program wajib
bagi mahasiswa UGM.
Program Pemberantasan Buta Aksara KKN Unit 149 Cigalontang Tasikmalaya |
Almarhum Prof. Koesnadi yang
pernah menjadi inisiator dan salah satu dari delapan orang yang menjadi
angkatan pertama PTM ingin KKN menjadi sarana agar mahasiswa-mahasiswa
memberikan inspirasi kepada masyarakat. Tentu Almarhum Prof. Koesnadi juga
pernah merasakannya, mengabdi ke Kupang dan bekerja di sana selama beberapa
tahun. Sepulangnya dari sana, ia mengajak tiga orang siswa paling cerdas di
sana untuk berkuliah di UGM, salah satunya adalah Adrianus Mooy, yang kemudian
menjadi Gubernur BI periode 1988–1993.
Program Kesehatan, Pembagian Bubuk A |
Sebenarnya tidak hanya KKN UGM.
Hari ini Kita mengenal Gerakan Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anies
Baswedan yang secara terang-terangan menurut Anies sendiri sangat terinspirasi
Alm. Prof Koesnadi dari PTM/KKN UGM. Jauh sebelum IM ada, ada juga program
Dokter Inpres di tahun 1970an. Salah satunya melahirkan FX Sudanto, Dokter
Rp2000 yang mengabdi di Papua dan juga penerima UGM Alumni Award 2009. Tentu
tidak hanya melahirkan FX Sudanto, banyak orang lainnya yang juga menginspirasi
dan mengabdi diberbagai pelosok Nusantara.
FX Sudanto, Dok Detik.com |
Kita juga mengenal Dokter PTT
yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan. Program pemerintah untuk
mengirimkan dokter-dokter terbaik ke wilayah-wilayah terpencil di Indonesia.
Ada juga Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (SP3) yang dimulai tahun
1989 yang pada sekitar tahun 2010 direvitalisasi menjadi Program Pemuda Sarjana
Penggerak Pembangunan di Pedesaan (PSP-3). Para sarjana yang ditempatkan di
desa dalam tugasnya menggerakkan dan mendampingi masyarakat khususnya pemuda,
mampu menumbuhkan beragam kegiatan produktif terutama di bidang ekonomi, bidang
pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Menurut Kemenegpora selama program
berlangsung sudah ada 18.173 sarjana yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Dalam 7 tahun terakhir (2006-2013), Program SP-3 menjangkau 2.478
Desa, 1.249 Kecamatan dan 312 Kabupaten. Tahun 2014 Pemuda Sarjana dikirimkan
ke 500 Desa, 251 Kecamatan, 66 Kabupaten/Kota, di 33 Provinsi.
Kita juga memiliki program
Perdesaan Sehat yang digagas Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT).
Program yang diresmikan di Entikong, Kalimantan Barat tanggal 20 Desember 2012
silam ini memiliki tujuan “Upaya Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan
Berbasis Perdesaan Dalam Kerangka Pencapaian Sasaran Prioritas Nasional 3
Kesehatan Dan MDGs Di Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar Dan Pasca Konflik
(Prioritas Nasional 10)”. melalui 5 pilar ketersediaan air bersih, peningkatan
gizi, peningkatan kualitas sanitasi, dokter puskesmas dan bidan desa.
5 Pilar Perdesaan Sehat |
KPDT juga menjalin kemitraan Tata
Kelola Perdesaan Sehat dengan 7 Perguruan Tinggi yang mewakili 7 Regional,
yaitu : Universitas Andalas, mewakili Regional 1 (Sumatera), Universitas
Airlangga, mewakili Regional 2 (Jawa), Universitas Mataram, mewakili Regional 3
(Nusa Tenggara), Universitas Tanjungpura, mewakili Regional 4 (Kalimantan),
Universitas Hasanuddin, mewakili Regional 5 (Sulawesi), Universitas Pattimura,
mewakili Regional 6 (Maluku) dan Universitas Cendrawasih, mewakili Regional 7
(Papua).
PSP-3 Kemenegpora |
Bekerjasama dengan kampus-kampus
adalah langkah yang baik. Meski terkesan mahasiswa dan fresh graduate masih
hijau dan minim pengalaman namun upaya mereka untuk berbagi inspirasi adalah
bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam setiap program pemberdayaan masyarakat
(community empowerment). Masyarakat memang membutuhkan dana program untuk
mengejar ketertinggalan, mereka butuh fasilitas air bersih, mereka butuh sarana
prasarana sekolah, kesehatan dan jalan, tapi mereka juga membutuhkan inspirator
untuk menginspirasi kehidupan mereka. Inspirasi untuk kehidupan lebih baik,
untuk pendidikan lebih baik, untuk kesehatan lebih baik dan untuk ekonomi yang
lebih baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh David C. Korten
(1980), “Bahwa para perancang program pembangunan harus mengirimkan agen atau
fasilitator mereka ke wilayah-wilayah tertinggal.”
Alm. Prof Koesnadi, pionir KKN UGM, Dok ugeem.com |
Siapa yang pernah menduga program
PTM UGM pertama kali bisa menginspirasi Adrianus Mooy putra Rote, NTT untuk
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi sehingga bisa mejadi Gubernur Bank
Indonesia. Tak ada yang bisa menduga sosok-sosok inspirator pernah terlahir
dari program-program seperti ini, seperti FX Sudanto dokter Rp2000 di Papua
atau seperti dr. Hanibal Hamidi, seorang dokter penerima anugerah dokter
teladan Tahun 2003 dari pemerintah karena pengabdiannya sebagai kepala
puskesmas di salah satu desa terpencil dan tertinggal di Kabupaten Lampung
Barat. Bahkan dr. Hanibal Hamidi, kembali menjadi inisiator program perdesaan
sehat, Program Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah Tertinggal (P2SEDT) dan
Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) di KPDT.
Untuk Indonesia…
dr. Hanibal Hamidi, pionir Perdesaan Sehat |
Ada beberapa hal yang menjadi
catatan bagi penulis. Pertama, perlu adanya sinergi antar program-program
pemberdayaan yang ada baik dari pemerintah, swasta dan universitas. Ada KKN
mahasiswa dari Universitas, ada program pemerintah seperti TNP2K (Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan) di bawah koordinasi Wakil Presiden, Dokter PTT
Kemenkes, ada Perdesaan Sehat-P2SEDT-P2DTK KPDT, ada PSP-3 Kemenegpora, ada
unsur swasta Indonesia Mengajar, Indonesia Menyala Dompet Dhuafa, dll.
Saya membayangkan kalo semua
bersinergi jadi satu maka ada capaian-capaian yang dapat dicapat sesuai waktu
dan target. Teknisnya pemerintah yang memiliki program pemberdayaan masyarakat
perlu berkordinasi untuk memetakan wilayah target pemberdayaan baik dari sisi
pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Lalu adakan jambore pemberdayaan nasional
yang mengundang unsur pemerintah, swasta dan universitas. Setelah itu, mulai
penerjunan tim. Misal wilayah A, dibawah koordinasi pemerintah, mengirimkan
relawan dari KPDT dan dokter PTT untuk bidang kesehatannya, Indonesia Mengajar
untuk bidang pendidikannya, Indonesia Menyala untuk bidang ekonomi, sementara
PSP-3 Kemenegpora dibidang pemberdayaan lainnya.
Kedua, Interdisipliner. Satu hal
penting untuk pemberdayaan adalah lintas keilmuan (interdisipliner). Perlu ada
fasilitator yang memiliki berbagai background: kesehatan (kedokteran, farmasi,
tanaman obat, gizi), ekonomi (koperasi, pertanian, peternakan) dan teknologi
(teknik). Sebab penulis berkeyakinan bahwa satu masalah misal kesehatan, tidak
hanya dapat diselesaikan dengan mendatangkan fasilitator kesehatan, melainkan
masalah tersebut (linkage) terkait dengan ekonomi dengan pendidikan. Begitu
juga masalah buta huruf misalnya, tidak hanya terkait dengan problem
pendidikan, maka masalah tersebut juga dapat diselesaikan dengan perbaikan
ekonomi dan kesehatan.
Ketiga, keberlanjutan program
(sustainability). Pemetaan wilayah sangat penting untuk mengetahui prioritas
wilayah program yang akan dituju. Setelah mengetahui prioritas wilayah, tim
diturunkan selama waktu tertentu (misal 1 tahun). Tim yang diturunkan berasal
dari unsur pemerintah maupun swasta. Setelah itu berlanjut ke angkatan
selanjutnya untuk wilayah yang sama (jika target belum tercapai). Namun sebelum
berlanjut ke angkatan selanjutnya, diselingi dengan KKN mahasiswa dari berbagai
kampus selama 2 bulan (waktu dibatasi, 2 bulan). Jadi selama 2 bulan, ada ruang
untuk seleksi dan menyiapkan segala sesuatu untuk tim yang akan terjun untuk
periode yang lebih lama. Ada keberlanjutan di wilayah yang sama sampai program
tercapai sesuai waktu dan target yang ditentukan. Jangan sampai terjadi, tim
diterjunkan selama 1 tahun, namun tahun berikutnya tidak ada yang diterjunkan
kembali padahal tujuan program belum tercapai.
Penulis melihat, jika 3 syarat
minimal ini mulai dari sinergi, interdisipliner dan sustainability terjalin
maka penulis yakin program-program yang tersusun dapat tercapai hingga
inspirasi dari barat kembali melahirkan matahari dari timur…. []
No comments:
Post a Comment