Pagi
ini Saya tidak sengaja membaca rubrik Kopi Sabtu Pagi KONTAN edisi Sabtu 27
Desember 2014. Rubrik tersebut ditulis oleh Sunu Widyatmoko yang Kita kenal
sebagai Presiden Direktur PT Indonesia Air Asia dan mengulas tentang bisnis
AirAsia yang terus berkembang hingga saat ini. Di akhir tulisan, Sunu
Widyatmoko mengatakan “Bagi Saya pemimpin adalah orang yang berdiri di depan
anak buahnya di saat susah dan mendorong anak buahnya saat sukses. Kalau ada
apa-apa dia yang maju untuk tanggung jawab…”
Sunu Widyatmoko, Presdir Indonesia Air Asia (Tengah) didamping CEO Air Asia Tony Fernandes dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo (Foto BBC Indonesia) |
Selang
satu hari (28/12), qadarullah, suratan
takdir Tuhan, QZ8501 AirAsia Surabaya-Singapura hilang kontak dan Kita bisa
melihat Sunu Widyatmoko langsung berada ditengah-tengah keluarga penumpang
AirAsia QZ8501. Tidak hanya Sunu Widyatmoko, nampak CEO Air Asia Tony Fernandes
juga hadir di Bandara Juanda Surabaya. Sebuah pemandangan yang membuat publik respect untuk apa yang dilakukan oleh
oleh para pimpinan AirAsia.
Tentu
kejadian ini sama sekali tidak diharapkan oleh siapapun. Dalam rilis resmi
AirAsia Indonesia, Sunu Widyatmoko mengatakan, “Kami sungguh terpukul atas
kejadian ini. Adapun kami tengah berkoordinasi dengan seluruh otoritas terkait
guna menentukan penyebab dari kejadian ini. Sementara itu, saat ini prioritas
utama kami adalah tetap memberikan informasi terkini kepada keluarga atau
kerabat penumpang dan karyawan AirAsia yang berada di pesawat tersebut.”
“Kami
akan memberikan dukungan sepenuhnya sejalan dengan proses investigasi yang saat
ini tengah berlangsung. Selain itu, kami telah membentuk tim pendukung untuk
membantu dalam memenuhi kebutuhan para keluarga maupun kerabat termasuk
akomodasi dan transportasi.”
Bagaimana Bisnis AirAsia ke
Depan?
Hilangnya
kontak pesawat pesawat berjenis Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC
ini tentu membuat beberapa calon penumpang khawatir akan penerbangan AirAsia. Namun
demikian Saya pribadi memprediksi hal ini tidak akan terjadi lama. Ada 3 alasan
menurut prediksi penulis.
Pertama, seperti dilansir Internasional Business
Times, hilang kontaknya pesawat AirAsia QZ8501 merupakan kejadian pertama
kalinya sejak Air Asia berdiri 18 tahun lalu. Hal ini juga sejalan dengan apa
yang dirilis dirilis dalam website www.plancrashinfo.com bahwa Air Asia dalam
20 tahun belakangan belum pernah mengalami kejadian seperti saat ini.
Kedua,
menurut plan crash info, average of fleet
Air Asia relatif masih baru sekitar 4,2 tahun. Khusus untuk QZ8501 kondisinya
relatif baru mengalami pengecekan tanggal 16 November 2014 lalu. Sementara itu,
secara keseluruhan, menurut JACDEC (Jet Airliner Crash Data Evaluation Centre)—sebuah
lembaga konsultasi yang menyediakan data dan analisis keamanan penerbangan
dunia yang berdiri sejak 1989—Air Asia sendiri mengalami peningkatan dalam
AirLine Safety Ranking dari peringkat 31 dengan index sebesar 0,069 di tahun
2012 kemudian meningkat di 2013 menjadi peringkat 29 dengan index 0,045.
Ketiga,
kehadiran AirAsia dalam bisnis penerbangan menghentak dunia. Bagaimana tidak,
AirAsia merupakan pelopor bisnis penerbangan murah (low cost carrier) dengan jaringan rute yang membentang di lebih
dari 20 negara. Harga yang relatif murah masih akan membuat AirAsia menjadi
pilihan yang menarik. Air Asia juga masih merupakan World’s Best Low Cost
Airline 6 tahun berturut-turut hingga kini versi SkyTrax.
AirAsia di Indonesia sudah beroperasi 10 tahun (Foto AirAsia Indonesia) |
Ke
depan, bisnis penerbangan AirAsia diprediksi masih akan terus mengalami
pertumbuhan yang signifikan termasuk di Indonesia yang menyumbang pendapatan
terbesar hingga 3Q 2014 sekitar Rp1,7 triliun meningkat 7% yoy. Syaratnya, AirAsia harus mampu menangani dan belajar dari kejadian
ini dengan baik. melayani keluarga penumpang QZ8501 dengan sebaik-baiknya
adalah jalan terbaik AirAsia untuk terus menerus menyuarakan now everyone can fly.
No comments:
Post a Comment