Wednesday, 12 November 2014

Harmoni Bisnis Sinar Mas Land*

Barangkali Kita agak terheran-heran jika ada perusahaan besar yang menjadi pionir untuk ikut memfasilitasi kalangan kelas bawah (wong cilik/lower class) di setiap proses bisnisnya. Kita akan melihat dengan mudah pemandangan tersebut jika Kita pernah berbelanja atau sekedar berjalan-jalan di ITC (International Trade Center) dan ruang ritel lainnya milik Sinar Mas Land.

Kebetulan Saya pribadi tinggal di Depok dan bekerja di Jakarta. Di Depok ada ITC Depok, di Jakarta ada Super Block ITC Kuningan dan Mal Ambasador. Di pusat perbelanjaan yang dimiliki Sinar Mas Land tersebut Kita akan dengan mudah menemukan tenant-tenant yang bukan hanya dari kalangan brand atau wholesale ternama, selalu ada ruang untuk para penjual pakaian, alat sholat, jam tangan, tas, asesoris handphone, tahu gejrot dan pedagang-pedagang kecil lainya.

Asti Penjual Tahu Gejrot di ITC Depok
Asti (18 tahun) pedagang tahu gejrot yang Saya temui (10/11) mengaku uang sewa untuk satu booth tempat usaha seluas 1 m2 saja mencapai Rp4 juta per bulan. “Kira-kira bisa tebak nggak Mas berapa pendapatan Kami per hari?” Ujar Asti yang malah bertanya balik ke Saya. Asti menambahkan, jika pendapatan kurang dari Rp4 juta per bulan maka usaha yang Ia jaga sudah tutup dari jauh-jauh hari. Faktanya usaha tahu gejrot sudah bertahan selama 6 tahun.

Counter Asesoris Handphone di ITC Depok
Hal serupa diungkapkan oleh Selly (17) penjaga counter asesoris hp yang berlokasi persis di samping tangga eskalator turun food court ITC Depok. Ia mengungkapkan jika uang sewa per bulannya mencapai Rp7 juta untuk ukuran 1,5m2. Selly yang digaji di atas UMR Kota Depok ini tidak mau mengungkapkan berapa pendapatan usaha yang Ia jaga setiap bulannya, yang pasti kata Selly jauh melebihi Rp7 juta per bulannya.
Ice Cream Roti ITC Kuningan Ambasador
Sementara itu ditempat yang terpisah (11/11). Siti (20) penjaga roti es krim di ITC Kuningan Ambasador juga mengatakan bahwa sehari bisa menjual sekitar 30-50 potong roti es krim dimana harganya Rp12 ribu per potong sehingga dalam sehari bisa meraup omset sekitar Rp360-600 ribu atau sekitar Rp11-18 juta setiap bulannya. Omset ini terbilang besar mengingat hanya dihasilkan dari ukuran tempat usaha 1m2.

Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari komitmen Sinar Mas Land untuk menjadikan ITC sebagai pusat perdagangan dengan banyak pengunjung. HR & GA Manager ITC Depok Katarina Dwi Janto seperti dilansir okezone.com pengunjung ITC Depok setiap harinya mencapai 40 ribu orang dan bisa meningkat sekitar 30% dihari-hari tertentu, bahkan di bulan ramadhan bisa melonjak sekitar 200%. 

Alhasil, sejauh ini tercipta simbiosis mutualisme, hubungan saling menguntungkan antara pedagang (tenant) dan Sinar Mas Land sebagai penyedia ruang ritel. Termasuk keuntungan itu juga dibagi kepada pedagang-pedagang kecil, mereka para lower class yang ikut berjualan meski dengan sewa ruang yang relatif terbatas.

Nampaknya Sinar Mas Land tidak hanya memadukan 5 unsur kayu, air, tanah, api, dan metal dalam setiap bisnisnya agar tercipta harmonisasi, semua ini juga dilakukan oleh Sinar Mas Land untuk terus menerus merefleksikan sejarah masa lalu mereka ketika seorang Eka Tjipta Widjaja memulai manapaki karir usahanya dari bawah sejak tahun 1938.

Tidak cukup sampai disitu, Sinar Mas Land juga sedang menjalankan filosofi agung perusahaan tentang arti Sinar Mas yang juga bermakna golden ray, shining endlessly giving light and life. Bersinar tanpa henti, terus menerus memberikan cahaya dan kehidupan termasuk bagi kalangan kelas bawah. []   



*) Ditulis oleh Rizky Febriana, seorang Industrial Analyst, Blogger dan Ultras Garuda. Ditulis dalam rangka lomba Sinar Mas Land Competition

No comments:

Post a Comment