Barangkali
Kita agak terheran-heran jika ada perusahaan besar yang menjadi pionir untuk
ikut memfasilitasi kalangan kelas bawah (wong
cilik/lower class) di setiap proses
bisnisnya. Kita akan melihat dengan mudah pemandangan tersebut jika Kita pernah
berbelanja atau sekedar berjalan-jalan di ITC (International Trade Center) dan
ruang ritel lainnya milik Sinar Mas Land.
Kebetulan
Saya pribadi tinggal di Depok dan bekerja di Jakarta. Di Depok ada ITC Depok,
di Jakarta ada Super Block ITC Kuningan dan Mal Ambasador. Di pusat
perbelanjaan yang dimiliki Sinar Mas Land tersebut Kita akan dengan mudah
menemukan tenant-tenant yang bukan hanya
dari kalangan brand atau wholesale ternama, selalu ada ruang
untuk para penjual pakaian, alat sholat, jam tangan, tas, asesoris handphone, tahu gejrot dan
pedagang-pedagang kecil lainya.
Asti Penjual Tahu Gejrot di ITC Depok |
Asti
(18 tahun) pedagang tahu gejrot yang Saya temui (10/11) mengaku uang sewa untuk
satu booth tempat usaha seluas 1 m2
saja mencapai Rp4 juta per bulan. “Kira-kira bisa tebak nggak Mas berapa
pendapatan Kami per hari?” Ujar Asti yang malah bertanya balik ke Saya. Asti
menambahkan, jika pendapatan kurang dari Rp4 juta per bulan maka usaha yang Ia
jaga sudah tutup dari jauh-jauh hari. Faktanya usaha tahu gejrot sudah bertahan
selama 6 tahun.
Counter Asesoris Handphone di ITC Depok |
Hal
serupa diungkapkan oleh Selly (17) penjaga counter
asesoris hp yang berlokasi persis di samping
tangga eskalator turun food court ITC
Depok. Ia mengungkapkan jika uang sewa per bulannya mencapai Rp7 juta untuk
ukuran 1,5m2. Selly yang digaji di atas UMR Kota Depok ini tidak mau
mengungkapkan berapa pendapatan usaha yang Ia jaga setiap bulannya, yang pasti
kata Selly jauh melebihi Rp7 juta per bulannya.
Ice Cream Roti ITC Kuningan Ambasador |
Sementara
itu ditempat yang terpisah (11/11). Siti (20) penjaga roti es krim di ITC
Kuningan Ambasador juga mengatakan bahwa sehari bisa menjual sekitar 30-50
potong roti es krim dimana harganya Rp12 ribu per potong sehingga dalam sehari
bisa meraup omset sekitar Rp360-600 ribu atau sekitar Rp11-18 juta setiap
bulannya. Omset ini terbilang besar mengingat hanya dihasilkan dari ukuran
tempat usaha 1m2.
Hal
ini sebenarnya tidak terlepas dari komitmen Sinar Mas Land untuk menjadikan ITC
sebagai pusat perdagangan dengan banyak pengunjung. HR & GA Manager ITC
Depok Katarina Dwi Janto seperti dilansir okezone.com pengunjung ITC Depok
setiap harinya mencapai 40 ribu orang dan bisa meningkat sekitar 30% dihari-hari tertentu, bahkan di bulan ramadhan bisa melonjak sekitar 200%.
Alhasil, sejauh ini tercipta simbiosis
mutualisme, hubungan saling menguntungkan antara pedagang (tenant) dan Sinar Mas Land sebagai penyedia ruang ritel. Termasuk keuntungan
itu juga dibagi kepada pedagang-pedagang kecil, mereka para lower class yang ikut berjualan meski
dengan sewa ruang yang relatif terbatas.
Nampaknya
Sinar Mas Land tidak hanya memadukan 5 unsur kayu, air, tanah, api, dan metal dalam
setiap bisnisnya agar tercipta harmonisasi, semua ini juga dilakukan oleh Sinar
Mas Land untuk terus menerus merefleksikan sejarah masa lalu mereka ketika
seorang Eka Tjipta Widjaja memulai manapaki karir usahanya dari bawah sejak tahun
1938.
Tidak
cukup sampai disitu, Sinar Mas Land juga sedang menjalankan filosofi agung
perusahaan tentang arti Sinar Mas yang juga bermakna golden ray, shining endlessly
giving light and life. Bersinar tanpa henti, terus menerus memberikan
cahaya dan kehidupan termasuk bagi kalangan kelas bawah. []
*)
Ditulis oleh Rizky Febriana, seorang Industrial Analyst, Blogger dan Ultras
Garuda. Ditulis dalam rangka lomba Sinar Mas Land Competition
No comments:
Post a Comment