Wednesday, 28 November 2012

Lupakan KPSI, Saatnya Dukung TimNas Indonesia!


Sebuah cerita dari tahun 2010. Dalam sebuah hasil riset The Nielsen Company di 10 kota besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makasar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Banjarmasin) mengungkapkan persentase orang yang menonton (audience share) siaran pertandingan pada laga pertama final Piala Asean Football Federation (AFF) 2010 tanggal 26 Desember 2010 memperoleh rating 26 dan share 69,9% atau ditonton oleh sekitar 12,8 juta orang berusia 5 tahun ke atas, sedangkan laga kedua pada 29 Desember 2010 mencapai share 65,7% dengan rating 23,1 yang artinya ditonton oleh kurang lebih dari 11,4 juta orang berusia 5 tahun ke atas. 


Bandingkan misalnya dengan hasil riset lembaga yang sama pada semifinal Piala AFF 2008 antara Indonesia melawan Thailand yang hanya mencapai rating 9 dan share 45%, atau Piala Asia 2007 saat Tim Nasional Sepakbola Indonesia melawan Korea Selatan dimana rating mencapai angka 13 dan share mencapai 53%. Hal ini setidaknya dapat menunjukan bahwa antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepakbola Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. 



Begitu juga dengan peningkatan antusiasme suporter sepakbola yang ingin menyaksikan langsung pertandingan di stadion. Antrian panjang hanya untuk menyaksikan laga sepakbola mungkin baru pertama kali ini terjadi sehingga wajar penyelenggaraan piala AFF 2010 menurut panitia lokal (LOC) yang diketuai Djoko Triyono meraih pendapatan sekitar Rp30 Miliar. 



Merdeka.com
Lalu bagaimana dengan AFF 2012 ini? KPSI boleh saja berbangga karena tahun-tahun itu, tahun-tahun sebelum Kongres PSSI yang menghasilkan Djohar Arifin adalah tahun-tahun yang dianggap 'keemasan' mereka dibawah duet Nurdin Halid dan Nugraha Besoes. Jangan pernah lupakan sejarah bahwa kehadiran suporter ke stadion, penonton layar kaca bukan karena federasi PSSI waktu itu melainkan karena rasa nasionalisme orang ke-12 dalam pertandingan sepakbola TimNas Indonesia. 



Tahun 2010 bisa dikatakan adalah era ketika semangat revolusi sepakbola selalu digelorakan hingga kini, ketika para pengurus sepakbola dinegeri ini pada waktu itu tidak pernah menorehkan tinta emas hanya tinta merah dalam catatan sejarah persepakbolaan tanah air. Bagaimana mungkin federasi dikendalikan dari balik jeruji besi? Seperti membangkitkan macan dari tidurnya, pecinta sepakbola marah, selain menentang kepemimpinan waktu itu, mungkin kita ingat betul AFF 2010 ketika kita terpaksa kalah dari Malaysia di final bagaimana pecinta sepakbola meneriakan "Nurdin turun, Nurdin turun!" Bukan hanya dipartai final, namun selama perhelatan AFF digelar semangat itu sudah terus digelorakan. Ada satu sikap yang tersembunyi dari para ksatria, para pecinta sepakbola, para penggagas revolusi sepakbola dinegeri ini yang seolah-olah berkata dan bercerita "Anda boleh benci Nurdin Halid!", "Anda boleh benci Nugraha Besoes!", "Anda boleh benci pemimpin-pemimpin PSSI!" Anda boleh benci pemimpin parpol yang merasa paling berjasa dan memasang spanduk2 di Bukit Jalil Malaysia!" Namun, ketika Timnas Indonesia yang bermain, anak-anak bangsa dari seluruh penjuru negeri, hitam kulit keriting rambut, putih kulit dengan bahasa daerah berbeda, satu kata satu Timnas Indonesia harus didukung penuh dengan doa, keringat dan air mata langsung berdesakan di stadion ataupun dibalik layar kaca. 



Kini semangat itu meredup. Sebagian mencela tertawa dan merendahkan skuad yang ada, sebagian lagi bertaruh Timnas Indonesia tidak akan sukses di AFF 2012. Semangat membela dengan doa, keringat dan air mata sudah tidak seperti dulu lagi, ketika pecinta sepakbola hadir untuk Timnas bukan untuk Nurdin Halid dan partainya. Namun, KPSI yang diamini pengikutnya tidak belajar dari era AFF 2010 itu, kalo era AFF terlalu jauh tengoklah event akbar U-23 Pra Piala Asia 2012 di Riau, belajarlah dari Riau, ketika masyarakat Riau mendukung penuh distadion walau Indonesia akhirnya kalah bersaing dengan Jepang dan Australia. Sadar dan tidak sadar KPSI telah menghilangkan semangat itu. Mempresure pemerintah agar tidak mencairkan dana PSSI dan TimNas AFF 2012 yang telah dianggarkan lantas apakah ini yang dinamakan penyelamat? Tidak mengizinkan pemainnya untuk membela Timnas apakah ini maksud One Nation One Team? Mengajarkan primordialisme berlebihan kepada klub ketimbang Timnas, memberitakan habis-habisan kejelekan2 Timnas Indonesia melalui dua corong media televisinya, sebaliknya The Real Garuda diagungkan padahal hanya sekedar berlatih namun tidak bertanding di AFF 2012, dan sebenarnya TRG hanya gelar yang digelari sendiri. Lucu. 



Kini, komite yang katanya penyelamat itu tidak lebih berharga dari seorang Johnny Van Beukering, Tony Cusell dan Raphael Maitimo meski para pemain naturalisasi itu tidak mendapatkan gaji sampai sebesar USD 4.000 per pekan seperti yang mereka dapatkan dari klub mereka, mereka jauh lebih berharga karena mereka yang hanya punya garis keturunan Indonesia ternyata mengerti apa itu kata Soekarno tentang apa arti nasionalisme yang tidak dapat tumbuh subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya Internasionlisme. 



Salam satu doa Indonesia juara. Salam satu hati lupakan KPSI. Salam satu jiwa saatnya dukung TimNas Indonesia berlaga. (RA) 

Wednesday, 7 November 2012

APPI, Menyisakan Tanda Tanya?


Kematian Diego Mendieta seorang pemain kelahiran Paraguay 13 Juni 1980 yang merumput bersama Persis Solo PT. Liga Indonesia menambah catatan kelam persepakbolaan Indonesia sekaligus menyisakan tanda tanya untuk Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI), kemana dan dimana peranan APPI? 


Sebagai catatan, kematian Diego Mendieta memang dipengaruhi penyakit yang diderita oleh Diego. Menurut Kepala Bagian Penyakit Dalam RS Dr Moewardi Solo Prof Dr Ahmad Guntur Hermawan di Solo Diego terinfeksi virus Cylomegalo dan jamur Candidiasis dan akhirnya nyawanya tak bisa diselamatkan. Lalu, apakah benar satu-satunya faktor kematian Diego hanya disebabkan oleh virus dan jamur yang menyerangnya? Virus dan jamur jelas secara medis berpengaruh terhadap kematian Diego, namun pembayaran gajinya yang tertunda oleh managemen selama 4 bulan sekitar Rp120 juta jelas menurunkan tingkat harapan hidup seorang Diego Mendieta. 



Setidaknya ada 3 alasan: Pertama, RS RS Dr Moewardi Solo tercatat bukan RS pertama Diego dirawat. Ada 2 RS lainnya yang pernah merawat Diego, pertama kali, ia dirawat di RS Islam Surakarta Yarsis pada awal November selama sepekan. Namun Ia terpaksa keluar dari rumah sakit tersebut karena sudah tak mampu membayar biaya perawatan. Namun empat hari berselang, harus kembali dibawa ke rumah sakit karena kondisinya semakin melemah. Ia dirawat di RS PKU Muhammadiyah Solo selama lima hari, sebelum akhirnya dirujuk dan menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Dr Moewardi Solo. 



Kedua, banyak studi hasil penelitian mengatakan bahwa satu dari sekian banyak faktor-faktor yang mampu meningkatnya usia harapan hidup seseorang adalah kondisi keuangan yang baik. Kondisi keuangan yang baik inilah yang dapat membuat seseorang leluasa memilih untuk mendapatkan pelayanan intensif dengan pelayanan perawatan kesehatan terbaik, dokter terbaik, rumah sakit terbaik dan obat terbaik. Nah, uang Rp120 juta yang belum dibayarkan bukanlah nominal yang kecil dan sudah barangtentu dengan uang tersebut Diego Mendieta bisa leluasa memilih perawatan terbaik untuknya. 



Ketiga, ukuran ekonomi/keuangan yang baik memang bukan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan usia harapan hidup seseorang. Ada faktor psikologis yang juga ikut menentukan. Maka, saat ini terkenal adagium bahwa uang tak dapat membeli kebahagiaan atau banyak uang belum tentu bahagia. Dalam konteks kematian Diego, publik dibuat surprise dengan pernyataan Diego yang "terpaksa" hanya ingin tiket pulang ke Paraguay agar dapat bertemu mama, istri dan dua putri belianya. Disinilah, faktor psikologis bermain yang akan membuat Diego mendapat perhatian dari keluarga tercintanya dan merawat Diego dengan kasih sayang jika ia waktu itu bisa kembali ke Paraguay. Hasil berbagai penelitian juga menunjukan bahwa ketika seseorang hidup bahagia maka peluang meningkatnya harapan hidup seseorang menjadi lebih besar. Maka itu saat ini di dunia ada happiness index yang menunjukan kebahagiaan penduduk sebuah negara menggeser ukuran kebahagiaan ukuran PDB an sich. 



Menyisakan Tanda Tanya? 

Kejadian tertundanya gaji pemain sepakbola bukan hanya sekali ini terjadi baik yang menimpa pemain yang ikut PT. LI (KPSI) ataupun PT. LPIS (PSSI), berulangnya kejadian ini menandakan juga beberapa hal, diantaranya. Pertama, bahwa neraca keuangan klub-klub di Indonesia sangat buruk dan inilah mengapa mayoritas klub-klub di Indonesia pada akhirnya hanya berani mengkontrak para pemain hanya dengan jangka waktu satu musim kompetisi. Kedua, klub-klub sepakbola Indonesia saat ini terbiasa mengandalkan dana APBD atau bansos Pemda sehingga ketika penggunaan APBD dilarang banyak klub sepakbola yang hidup segan mati tak mau. Beruntung penggunaan APBD di Indonesia sudah dilarang dengan terbitnya Permendagri Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang diperkuat oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang akhirnya direvisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 59 Tahun 2007, esensinya adalah pelarangan untuk mengalokasikan dana hibah dan bantuan sosial secara berulang setiap tahunnya kepada penerima yang sama. 



Namun yang masih menyisakan tanda tanya saat ini adalah dimana peranan APPI terhadap terlambatnya pembayaran gaji pemain oleh managemen klub ataupun konsursium? Tercatat terakhir kali APPI melakukan pertemuan dan konfrensi pers pada Senin 28 Mei 2012 dengan tema persepakbola bersatu yang menghasilkan 5 poin tuntutan salahsatunya menuntut klub-klub sepakbola Indonesia untuk melunasi gaji pemain yang tertunda. Namun, pertemuan itu tidak serta merta membuat managemen ataupun konsorsium melunasi kewajibannya. Diego Mendieta hanyalah salahsatu dari sekian banyak pemain sepakbola Indonesia yang tertunda berbulan bulan haknya. 



Tentu sebagian besar suporter Indonesia menginginkan tindakan lebih APPI dari sekedar 5 poin tuntutan pada Mei silam ataupun bantuan kemanusiaan terhadap anggotanya. Publik berharap APPI bisa menjadi seperti serikat pekerja yang menuntut hak-hak buruh dari pengusaha dan mampu mempresure managemen klub ataupun konsorsium, jika perlu hingga ke meja hijau. 



Tentu semua berharap tidak ada masalah seperti ini dan atau menyelesaikan dengan jalur kekeluargaan dirasa memang jauh lebih baik. Namun, pembelajaran hukum jelas menjadi hal alternatif dan penting bagi pemain terlebih klub dimana mereka bernaung. Saat ini, kebanyakan pemain sepakbola berada di posisi yang lemah diantara dua pilihan: menerima dengan senang hati potongan gaji atau tidak dibayar sama sekali. Bahkan para pemain dibawah ancaman tidak akan dikontrak klub kembali dimusim berikutnya. Ini jelas bukan pembelajaran yang baik buat pemain disamping pemain tidak pernah meminta laporan keuangan klub untuk membuktikan benar atau tidaknya klub kesulitan keuangan. Disinilah peranan lebih APPI ditunggu melalui ketuanya Ponaryo Astaman dan wakilnya Bambang Pamungkas. 



APPI sebenarnya pernah mengeluarkan butir tuntutan untuk memperkarakan hukum 28 Mei 2012 silam, namun sampai kini terasa tak berdaya, realisasi itu tak pernah terdengar dimedia. Jelas gerak pemain orang per orang bukanlah langkah baik untuk menyelesaikan masalah keterlambatan gaji pemain oleh klub atau konsorsium karena pemain harus mengeluarkan biaya materil dan immateril seorang diri. Maka dengan itu, gerak-gerak kebersamaan pemain di APPI baik menempuh jalur hukum melalui bidang advokasi yang dimiliki ataupun mogok bermain sangat layak ditunggu lebih-lebih dari sekedar pernyataan RIP ditwitter. []

Saturday, 3 November 2012

This is Our Timnas


A: Skuad saat ini hanya mampu seri 2-2 lawan Laos dilaga perdana? 

Q: Bisa diingat, Sea Games 2009 kita kalah 2-0 dari Laos. Siapa skuad waktu itu? Mungkin Anda pernah mendengar Boas Salosa, Eghie Melgiansyah? 



A: Menang 1-0 atas Singapura hanya keberuntungan dan spekulasi tendangan Andik Vermansyah? 

Q: Bukan beruntung, tapi ini kerja keras. Kalo Anda bilang Timnas terbaik diisi dari ISL dan pemimpin Nurdin Halid cs yang berpengalaman, 14 tahun Timnas tidak pernah menang vs Singapura ditambah Timnas PSSI U-22 menang vs Singapura di Riau beberapa waktu penyisihan pra piala asia u-22 walau harus kalah dari Jepang dan Australia. 


A: Ada yang bilang AFF 2012 bukan dengan skuad terbaik dibanding AFF 2010? 

Q: Kalo Anda berkata Timnas terbaik AFF 2010 yang dilatih kakek2 Riedl dan diisi pemain terbaik dari ISL, ingat Final AFF 2010 di Bukit Jalil Timnas kalah 3-0 tanpa balas, kita disana hanya menang spanduk2 parpol, mulai dari SBY, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Nurdin Halid dll yang terpasang di Bukit Jalil. 


A: Tapi dulu partai final, dan kita pernah membantai 5-0 Malaysia dipenyisihan grup? 

Q: Dulu juga kita pernah tidak lolos penyisihan grup AFF di tahun 2007. Siapa pelatihnya? Peter White. Siapa Ketum PSSInya? Nurdin Halid. 


A: Kalo Anda masih bilang Timnas sekarang timnas emprit, bukan The Real Garuda? 

Q: Maka The Real Garuda adalah terbaik tanpa gelar. Berapa tahun? Lama sekali pastinya.


A: Jika Anda bertanya bagaimana bisa Saffe Salle pemain ISL liga tidak diakui oleh FIFA AFC tidak dilarang bermain bersama Malaysia di AFF? 

Q: Maka tanyakan itu ke FAM Malaysia. 


A: Jika Anda bertanya kenapa beberapa pemain terbaik ISL seperti Firman Utina, Ahmad Bustomi, Patrick Wanggai dan lainnya tidak dipanggil ke timnas? 

Q: Mereka dipanggil oleh PSSI, melalui surat resmi dan media lainnya langsung ke klub dan pribadi. 35 pemain didaftarkan ke AFF, termasuk pemain ISL. 


A: Kenapa dulu ada surat melarang memanggil pemain ISL membela timnas oleh PSSI? 

Q: Yang melarang bukan PSSI. Ada surat FIFA yang melarang pemain breakaway league membela timnas, dibahas di kongres PSSI Palangkaraya untuk membolehkan ISL membela Timnas diteruskan ke FIFA AFC, ada hasil Joint Committe di Malaysia oleh PSSI dan KPSI untuk rekonsiliasi timnas, boleh memanggil pemain ISL. 


A: Apakah KPSI melarang pemainnya membela Timnas? 

Q: Ya. Jelas. Pra Piala Asia U-22 2012 di Riau. Piala AFF 2012. Contohnya. 


A: Bagaimana bisa pemain dilarang ke Timnas oleh KPSI? 

Q: Kuncinya lewat klub dibawah naungan KPSI. Klub yang selama ini menggaji pemain. Pemain bisa apa? Pemain terpenjara oleh managemen klub. Kalau klub sudah melarang, siapa yang menggaji pemain setelah timnas selesai. Strategi ampuh. Membenturkan ekonomi dan nasionalisme. 


A: Siapa contohnya? 

Q: Firman Utina, Patrick Wanggai, dan Ahmad Bustomi contohnya. 


A: Ada lagi? 

Q: Ada. Contoh nyata Syamsidar yang dikontrak Mitra Kukar (klub ISL). Dikontrak pas TC Timnas pra AFF. Syamsidar pergi dari TC ke Kukar, balik lagi ke TC karena ternyata tandatangan kontrak ditunda, pergi lagi dari TC sampai akhirnya Indonesia hanya punya 2 GK di AFF 2012, Wahyu Tri dan Endra Prasetya. Syamsidar bilang bisakah PSSI memberi jaminan hidup jika lepas dari Mitra Kukar dan bergabung ke Timnas? Tanyakan ke Mitra Kukar mengapa melarang pemain membela Timnas? 


A: Bukankah KPSI membolehkan pemainnya ke Timnas? 

Q: Ya ke Timnas TRG yang melawan "Australia all star". Namun tanpa pernah bertanding dengan negara lain dan tidak pernah turun di pertandingan FIFA AFC. Mungkin bertanding di piala VIVA. 


A: Akhirnya, KPSI membolehkan pemain membela Timnas di AFF bukan? 

Q: Ya, setelah TRG gagal tampil di AFF 2012, ditambah "bumbu" surat dari Kemenegpora dan desakan publik. 


A: Kenapa tidak membawa pemain-pemain ISL ke AFF 2012? 

Q: Dibawa, Bambang Pamungkas (Persija) dan Okto Maniani (Persiram Raja Ampat). 


A: Yang TRG, yang TC di Batu dan Brisbane kenapa tidak dibawa ke AFF? 

Q: Tidak mungkin. Nil Maizar punya hati dan ketegasan. Bagaimana mungkin membawa pemain baru bergabung lalu menyingkirkan pemain yang sudah lama berlatih ikut TC? 


A: Artinya Nil Maizar egois? 

Q: Bukan egois. Jika egois ia membawa semua pemain Semen Padang ke AFF 2012. Dia "kembalikan" beberapa pemain Timnas ke SP karena tadi SP mengancam menarik semua pemainnya di Timnas sebagai syarat ikut ISL. 


A: SP ikut ISL? 

Q: Ya, wacana pindah SP ke ISL sebelum AFF bergulir dengan syarat menarik pemain SP dari TC Timnas membuat konsentrasi terganggu. Bung Toto, pejabat SP waktu itu sudah jabat tangan dengan La Nyala sebagai tanda setuju SP ke ISL dengan syarat tersebut. 


A: Lalu? 

Q: Akhirnya, desakan suporter SP dan publik tidak berhasil menarik pemain SP di Timnas. Hanya beberapa yang kembali ke SP, Tibo contohnya. Bahkan hanya Elie Aiboy yang berani datang tepat waktu setelah break lebaran haji lalu. Lainnya? Galau. Namun, akhirnya SP tidak jadi ke ISL karena terungkap syarat menarik pemain SP di timnas mengemuka di publik. 


A: Dengan kegagalan ini haruskah Arifin Djohar direvolusi lalu diturunkan? 

Q: Pertanyaannya siapa yang akan menggantikan setelah itu? KPSI? 


A: Siapa itu KPSI? 

Q: Komite yang katanya penyelamat dengan tujuh butir manifesto yang diungkapkan Sekretaris Jenderal KPSI, Hinca Pandjaitan itu berbunyi: 


MANIFESTO KPSI: 

1. Mengajukan mosi tidak percaya akan kepemimpinan Djohar Arifin karena melanggar Statuta PSSI dan Kongres Bali II. 
2. Mencabut dukungan kepada Djohar Arifin dan membekukan kepemimpinannya­ serta membubarkan semua Anggota Exco yang masih aktif di PSSI dan mengangkat kembali anggota Exco yang dipecat oleh Djohar Arifin, yakni La Nyalla M Mattalitti, Erwin Dwi Budiman, Roberto Rouw dan Tony Apriliani. 
3. Melaporkan bahwa 2/3 anggota PSSI telah siapkan menjalankan Ekstra Ordinary Congress atau Kongres Luar Biasa (KLB). 
4. Tetap menolak sanksi apapun yang dijatuhkan oleh PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin. 
5. Tidak menghadiri dan menganggap tidak sah Kongres Tahunan PSSI di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 18 Maret 2012. 
6. Membawa masalah pembelotan KPSI ke Badan Arbritase Olahraga Internasional. 
7. ”Daripada menyerah dan melakukan rekonsiliasi lebih baik menerima sanksi FIFA, dengan alasan yang menerima sanksi bukan hanya klub pendukung KPSI namun juga seluruh anggota PSSI.” 



Inilah manifesto KPSI, manifesto yang tersebar dimedia-media. Namun, manifesto ke7 terutama ini dibantah oleh KPSI. Silakan boleh percaya atau tidak? 



A: KPSI: Djohar Arifin harus turun! 

Q: Kenapa KPSI tidak mau bersabar menunggu 2015 ketika masa jabatan Djohar berakhir? 


A: Ya, karena Djohar gagal? 

Q: Djohar baru 2 tahun. Semua kondisi tidak normal. 


A: Apa prestasi Djohar Arifin? 

Q: Tidak banyak memang. Dalam 2 tahun belum bisa membawa timnas senior juara. Namun selama memimpin, timnas U-17 sukses menjuarai HKFA International Youth Football Invitation Tournament di Hongkong, Skuad Timnas Indonesia U-15 baru saja mencatatkan prestasi gemilang dengan menyabet gelar juara Piala Pelajar Asia di Sisaket, Thailand dan tim fairplay se Asia dan juara Milan Junior Camp. Entah, ada kaitan dengan kerja-kerja PSSI atau tidak silakan dinilai sendiri. 


A: Siapa sebenarnya Djohar Arifin? 

Q: Djohar Arifin Husin adalah Ketua Umum PSSI periode 2011-2015. Sebelum terpilih menjadi Ketua umum PSSI ia menjabat sebagai Sekjen KONI, Pengurus Daerah PSSI Sumatera Utara, Staf ahli Menpora. Disamping itu DAH adalah mantan pemain sepakbola, wasit, pelatih lisensi s3 dan pengurus olahraga lokal, nasional dan internasional. 


A: Tetap saja Djohar Arifin minim prestasi dibandingkan Nurdin Halid? 

Q: Dari 2003 hingga 2010. NH hanya berhasil membawa Piala Kemerdekaan tahun 2008. Sayangnya, gelar juara ini ternoda karena lawan mereka di final, timnas Libya mogok bermain setelah sebelumnya dibabak pertama unggul 1-0 dan akhirnya timnas Indonesia pun dinobatkan menjadi juara dengan kemenangan WO 3-1. 


A: Apa prestasi lain PSSI? 

Q: Pertandingan-pertandingan persahabatan internasional Arifin Djohar jelas lebih banyak. Bertanding internasional hingga mengundang negara2 dan klub-klub internasional ke Indonesia yang jarang dilakukan pengurus sebelumnya. Timnas butuh jam terbang internasional. Caps 0 bisa jadi tambah 1,2,3 dst. Tidak seperti Barry Sihotang yang merendahkan pemain Timnas AFF ketika di acara Round Table di TV One katanya pemain kita caps 0. Justru regenerasi, pemain-pemain muda harus diorbitkan. Seperti Chealsea dan Arsenal di Inggris yang tidak banyak pemain 30tahun ke atas. 


A: Itu bukan prestasi! Djohar Arifin hanya membuat rusuh sepakbola nasional boneka Arifin Panigoro dan George Toisutta jadi perlu diwaspadai? 

Q: Dalam politik, yang perlu diwaspadai adalah orang-orang yang awalnya "teman" terbentuk dalam K-78 mendorong AP dan GT jadi ketum PSSI namun "gagal", dan ikut bersama-sama menurunkan Nurdin Halid, namun diakhir membuat komite penyelamat baru. 


A: Bukankah, kisruh bermula dari hadirnya LPI Januari 2010 yang dibuka pertandingan antara Persema vs Persis Solo di Manahan? 

Q: Change the game. Tanpa APBD dan sepakbola tanpa mafia. Istilah breakaway league lahir era LPI. Walau hanya separuh musim cukup membuat publik tersadar bahwa sepakbola Indonesia selama ini jauh dari keteladanan khususnya penggunaan APBD untuk sepakbola. 


A: Tetap saja, Arifin Panigoro berada dibelakang kisruh ini, dan Arifin Panigoro itu tidak cinta sepakbola? 

Q: Ingat Liga Medco ketika NH memimpin? Siapa sponsor utamanya? 


A: Kisruh tambah parah ketika PSSI kompetisi diikuti 24 klub? 

Q: PSSI membuat 24 klub adalah mengakomodir kepentingan semua pihak, termasuk standard lisensi dari AFC. Lucunya 4 exco yang akhirnya membersamai gerbong KPSI awalnya ikut dalam penentuan peserta liga. Namun setelah liga bergulir Persib vs Semen Padang, semua berkilah bahwa liga terlalu banyak dan melanggar kongres dan statuta Bali bahwa harusnya hanya 18 tim. Coba sekarang lihat ISL? Seandainya Semen Padang dan Persijap jadi ke ISL berapa jumlah peserta ISL musim mendatang? Apakah ISL akan melanggar kongres dan statuta Bali yg mereka sepakati sendiri? Padahal lebih dari 18 bukan musim mendatang? Tentu mereka punya 1001 alasan. Beruntung akhirnya 1 klub Semen Padang tidak jadi pindah karena syarat ISL terlalu berat yakni menarik semua pemain SP yang ada di Timnas menjelang AFF. 


Ceritanya lengkap dikutipkan dibawah ini: 

"Tokoh ideolog pertama KPSI adalah DR.Hinca Panjaitan yang menjadi kebanggaan Nurdin Halid dan pendukungnya yang paling setia dalam suka dan duka. NH pernah memanfaatkan disertasi Hinca yang intinya melegalkan APBD sebagai sarana memperkuat sepakbola Indonesia. Hal ini dikemukakannya pada saat rapat dengar pendapat dengan anggota Komisi 10 DPR RI tanggal 1 Maret 2011. Nurdin Halid “mengajari” anggota DPR dengan kuliah tentang perlunya intervensi dana dari pemerintah serta perlunya dana APBD bagi sepakbola karena merupakan kewajiban konstitusional negara. DR.Hinca seorang pendukung keran APBD bagi kelangsungan hidup klub-klub “professional”di daerah. 


Pada tanggal 21 September 2011 La Nyalla Mattaliti (LNM) sebagai salah satu anggota Exco PSSI mengusulkan dalam rapat Exco PSSI yang baru ditunjuk agar nama-nama Hinca Panjaitan, Djoko Driyono, dan Tigor Shalom Boboy sebagai tokoh-tokoh andalan Nurdin Halid agar dimasukkan ke dalam struktur kepengurusan PSSI baru yang dipimpin Prof.Djohar Arifin. Tujuannya disebutkan untuk memanfaatkan pengalaman pengurus lama di PSSI baru. Namun Prof.Djohar menolak nama-nama tersebut. Khususnya menyangkut Djoko Driyono yang telah ditawari mengurusi Liga PSSI namun menolaknya karena tidak ingin PT.Liga Indonesia diaudit keuangannya oleh KAP The Big Four, Delloite, sebagai syarat mengelola liga. 



Empat hari kemudian setelah pengusulan nama-nama tersebut ditolak, terjadilah deklarasi “Gerakan KLB PSSI”oleh La Nyalla sebagai cikal-bakal KPSI. La Nyalla menyebutkan alasannya merasa tak dilibatkan dalam rapat Exco PSSI tentang format kompetisi. Anehnya gerakan perjuangan pemberontakan KPSI ini dideklarasikan sesudah PSSI resmi mengumumkan struktur kepengurusan PSSI terbaru. 



Drg. Toni Apriliani adalah salah seorang Exco PSSI lainnya, yang pada tanggal 25 September 2011 masih setia pada PSSI dibawah Prof. Djohar dan malah sering menjadi juru bicara PSSI. Namun pada tanggal 29 September Toni berubah total,tepat setelah PSSI mengalihkan pengelola kompetisi dari PT. LI kepada PT. LPIS. Selanjutnya dua hari kemudian mantan Ketua pengpov PSSI Jawa Barat ini bergabung ke dalam barisan LNM. 



Sebelumnya selaku Wakil Ketua Komite Kompetisi PSSI Tony Apriliani mengungkapkan, jumlah peserta kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia musim 2011-2012 dari 18 klub akan bertambah menjadi 24 klub. Jumlah itu sudah mendapatkan restu dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). PSSI awalnya sempat menetapkan format kompetisi dua wilayah yang diikuti 36 klub. Namun, PSSI mengubah keputusannya. Format kompetisi menjadi satu wilayah diikuti 18 klub. Tidak berselang lama, PSSI kembali melakukan perubahan bahwa 24 klub akan mengikuti kompetisi kasta tertinggi pada musim depan. 



Tony menjelaskan, penambahan jumlah peserta kompetisi dilakukan sebagai antisipasi bila ada klub yang tidak lolos verifikasi. Pasalnya, Tony memprediksi akan ada tiga sampai empat klub yang tidak lolos dalam proses verifikasi. “Saya prediksi pasti drop karena skornya saya prediksi 40-50. Saya lupa, pokoknya klub dari timur. Mereka masih ingin melengkapi (syarat), tetapi dari hasil verifikasi terakhir di Hotel Sahid, saya prediksi ada tiga atau empat yang nilainya di bawah 50. Satu klub dari timur, Jawa Timur, barat dan utara. Kita gak mau sebutkan karena masih dalam proses. Ini supaya tidak membingungkan,” ucap Tony kepada wartawan di Kantor PSSI, Jumat (23/9/2011). 



Lagi pula, menurut Tony, tidak ada batasan jumlah klub peserta kompetisi. “Awalnya 18 klub. Adanya saat di Kongres PSSI di Bali. Setelah dikaji, kemudian dilihat, tidak ada batasan jumlah klub peserta kompetisi. Yang ada adalah suara di kongres atau voter. Menurut AFC, masih ada toleransi waktu kami kirimkan 36 klub itu. Mereka menyarankan bikin satu wilayah saja, tetapi ditoleransi sampai 24 klub. Itu pernyataan Direktur Kompetisi AFC. Makanya, kami memakai dasar guidance dari mereka juga,” beber Tony. 



“Makanya diberi ruang sesuai aturan FIFA dan AFC, yang menyarankan maksimal 24 klub. Waktu bertemu Direktur Kompetisi AFC di Kuala Lumpur, minimal peserta kompetisi 12 klub,” sambungnya. Keputusan mengubah jumlah perserta kompetisi menjadi 24 klub menuai kontroversi karena ada enam klub baru yang ditunjuk oleh PSSI dengan alasan berbeda. Keenam klub tersebut adalah Persema Malang, PSM Makassar, PSMS Medan, Bontang FC, Persibo Bojonegoro, dan Persebaya Surabaya. Keanggotaan Persibo dan Persema sempat dicabut oleh PSSI di era Nurdin Halid setelah mereka membelot ke Liga Primer Indonesia." Poinnya adalah perhatikan orang-orang yang bermanuver. Dari teman jadi musuh. 



A: Siapa yang lebih baik, ISL atau IPL? 

Q: Tergantung standard yang digunakan. Jika lamanya pengalaman jelas ISL lebih lama. Jika yang dipakai standar tunggakan gaji pemain, wasit dan defisit klub ISL tidak lebih baik dari IPL. Jika yang dipakai kisruh suporter jelas ISL lebih terberitakan. Jika yang digunakan jumlah suporter, maka ISL lebih banyak. Jika yang digunakan intensitas dan keterkenalan publik, jelas ISL, karena disiarkan melalui TV One dan AnTV setiap hari menyiarkan. Jadi, tergantung standard mana yang digunakan. 


A: Siapa yang lebih baik PSSI Djohar Arifin atau Nurdin Halid? 

Q: Jelas tergantung standard yang digunakan. Jika standard personal terkait hukum pidana. Djohar Arifin belum pernah terlibat pidana. Namun, jelas juga PSSI terus berbenah setiap harinya. Orang-orang yang tidak becus harus dibenahi. Termasuk orang-orang operator liga di PT.LPIS. 


A: Bagaimana dengan klub kloningan yang dibuat oleh PSSI? Jakarta FC dll? 

Q: Apakah Persebaya DU yang ikut PT LI KPSI bukan klub kloningan jika standardnya hanya basis suporter, Bonek penuh jika Persebaya 1927 yang tampil di IPL yang bertanding. Untuk kasus kloningan sebaiknya langkah hukum. Sampe tingkat keputusan kasasi dan incrach. 


A: Lalu kenapa tidak langkah hukum saja dalam menyelesaikan konflik dualisme ini? 

Q: Ya banyak yang menyarankan itu. 


A: Banyak pihak yang berharap sepakbola bersatu kembali? 

Q: Ya itu jauh lebih baik, FIFA AFC juga memberikan tenggat waktu hingga Januari 2013 ini melalui JC. Namun untuk penyatuan dalam waktu cepat akan sangat sulit, walau sekedar dibayangkan. 


A: Maksudnya? 

Q: KPSI di JC meminta Timnas dilatih oleh Alfread Riedl dan diisi pemain2 ISL. Padahal pembentukan Timnas adalah domain PSSI sesuai statuta. Deadlock. Jadilah KPSI terkenal dengan TRG, The Real Garuda namun tidak bisa bermain di AFF 2012. Begitu juga di Sea Games Myanmar mendatang 2013 dilatih oleh Rahmad Darmawan. KONI yang mendukung KPSI pun ikut-ikutan melanggar. UU SKN pasal 29 ayat 2 secara jelas menyatakan: ''pembinaan dan pengembangan olahraga profesional dilakukan induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga profesional.'' 
Pasal 29 ayat 2 UU SKN, jelas senafas dengan ''independensi'' yang ditekankan dalam pasal 13 dan 17 Statuta FIFA. PSSI adalah induk organisasi sepakbola satu-satunya di Indonesia, sesuai ketentuan pasal 10 Statuta FIFA. Apalagi yang patut dikawatirkan. KONI menambah daftar panjang keberpihakan kepada KPSI di PON Riau dan sukses "memulangkan" semua perangkat pertandingan PSSI di cabor Sepakbola dan Futsal. 



A: Kemana Menegpora? 

Q: Menegpora tidak hanya mengurusi sepakbola saja pastinya. Dilarang ada intervensi terlalu jauh juga. Disamping itu, Menegpora kita juga sibuk mengurusi rapor merah walau belum pernah UKP4 Kuntoro Mangkusubroto memberikan rapor merah ke Menegpora kita. Aneh bin ajaib. 


A: Lalu kapan bersatunya? 

Q: Kita semua ingin bersatu tentunya. Namun, JC sendiri menghasilkan kesepakatan bahwa Liga di Indonesia bergabung pada 2014 paling lambat 2015. Kenapa harus menunggu 2014-2015? Pemilu. Politik praktis selalu mengincar basis suporter sebagai lumbung suara. 


A: Kalau begitu apa yang bisa dibanggakan dari sepakbola kita? 

Q: Tentu kisruh bukan hal yang patut dibanggakan. Tapi diluar itu, ada prestasi2 anak-anak bangsa di internasional melalui sepakbola, Rumah Cemara (rumah mantan pecandu narkoba dan penderita HIV AIDS) Juara 4 Homeless World Cup dan Klub Emsyik Papua yang juara di Singapura mengalahkan team terbaik Singapura NFL D2D, dan tim elite H2O FAA All Stars asuhan Fandi Achmad. Klub ini juga pernah menjadi runner up Danone Cup 2007. Ada lagi, persatuan seluruh elemen suporter menjadi merah putih tanpa membeda-bedakan klub, Viking Bonek The Jak Aremania La Mania Spartacks The Macz Man Slemania BCS dll bersatu mendukung Timnas di Malaysia tadi malam. Ini harus disyukuri. 


A: Apa yang harus dilakukan suporter? 

Q: Bacalah sedikit kisah Bill Shankly. mantan manager Liverpool tersukses 1959-1974 yang dibuatkan monumen oleh liverpuldian. Selama membesut "The Reds" dari 1959 hingga 1974, Shankly telah menghadiahi pendukung Liverpool 3 gelar Liga Inggris, 2 Piala FA, 3 Charity Shields, dan 1 Piala UEFA. 


Harap dicatat, bukan raihan gelar itu yang membuat pendukung Liverpool rela mendirikan monumen untuk mengenang Shankly. Pria yang meninggal pada 1981 tersebut dianggap sebagai peletak fondasi kebesaran Liverpool. 



Saat kali pertama ditunjuk menjadi pelatih Liverpool oleh TV Williams—Presiden Liverpool kala itu—pada 1959, Shankly punya PR besar. Selain terpuruk di Divisi II, kondisi Liverpool sangat parah. Lapangan becek, tribun penonton reot, dan kamar ganti pemain amburadul. Reformasi total pun dilaksanakan Shankly. Shankly tak hanya berhasil menuntaskan problem internal. Dia juga sukses memberikan sederet pundi-pundi gelar, baik di kancah lokal atau Eropa, sekaligus memberikan dasar-dasar yang kuat bagi para penerus. Hasilnya ciamik. Dalam empat musim, "The Reds" dia angkat kembali promosi ke Divisi Utama. Tak tanggung-tanggung, begitu naik ke Divisi Utama musim 1963-64, tahta jawara langsung direbut. Setahun berikutnya, untuk pertama kalinya Liverpool merengkuh Piala FA. Level Eropa juga dikangkangi dengan merebut Piala UEFA 1973. Keberhasilan Bob Paisley pada era 1980-an, juga berkat jasanya. Kalimat yang terkenal darinya untuk para fans: 



"If you can't support us when we draw or lose, don't support us when we win" belajarlah menjadi suporter sejati! You Never Walk Alone! 



Ada saatnya, kita akan bergembira bersama pemain, pelatih dan seluruh Timnas dan membawa kejayaan sepakbola Indonesia kembali. 



Oh iya ada yang lupa, siapapun ketum federasi, managemen, pelatih dan pemainnya. Maka tetaplah dukung Timnas Indonesia berlaga. Karena kami juga dahulu tetap mendukung Timnas Indonesia, walau Nurdin Halid ketua PSSI-nya, walau tidak ada satupun pemain klub kesayangan kami yang dipanggil.