Tuesday 19 August 2014

Sensasi PSSI


Wajar publik bertanya, apakah yang dievaluasi hanya Timnas U-19? Bagaimana dengan Timnas Senior, U-23 di Tour Italy, U-21 di COTIF, atau U-17? Jika hanya U-19 yang dievaluasi maka akan menimbulkan kesan bahwa hanya U-19 yang dijadikan andalan oleh PSSI dan ini tentu tidak baik bagi perkembangan Timnas Indonesia karena telah menimbulkan kesan pilih kasih. Lantas mengapa juga HPU menghadirkan panelis dari pelatih yang juga menukangi Timnas? Bukankah ini juga akan berakibat adanya conflict of interest diantara mereka? Hal inilah yang telah menimbulkan pertanyaan besar, mau apa PSSI?

Sebenarnya publik sudah bisa menilai bahwa harapan besar sepakbola Indonesia untuk saat ini ada dipundak para punggawa Timnas U-19 yang diarsiteki Coach Indra Sjafri. Dengan tim pelatih dan skuad yang relatif sama dengan jangka waktu singkat, Timnas U-19 mampu menorehkan prestasi membanggakan sebagai juara di HKFA (Hong Kong Football Asociaction) Youth Invitational Cup 2012 dan 2013, Juara 2013 AFF U-19 Youth Championship setelah 22 tahun dan lolos ke babak final 2014 AFC U-19 Championship setelah mengandaskan sang juara bertahan Korea Selatan untuk pertama kali sejak tahun 1975.

Catatan statistik U-19 juga sangat baik. Sejak melawan Korsel 12 Oktober 2013, U-19 telah melakoni 32 laga pertandingan bertajuk Tur Nusantara I, Tur Timur Tengah dan Tur Nusantara II dalam kurun waktu 6 bulan sejak Februari hingga Juli 2014.  Dalam 13 pertandingan awal Tur Nusantara I, U-19 tidak pernah menelan sekalipun kekalahan (0%), hanya 4 kali seri (30,77%) dan sisanya berakhir dengan kemenangan (69,23%).  Di Tur Timur Tengah plus 2 pertandingan melawan Myanmar,  dari 10 pertandingan yang dijalani, U-19 hanya mengalami 2 kekalahan tipis yakni dari Oman 1-2 yang langsung dibalas dengan kemenangan 2-1 dipertandingan kedua, juga dari Myanmar 1-2. Secara keseluruhan U-19 mengantongi 4 kemenangan (40%) dan 4 berhasil imbang (40%). Catatan impresif kembali ditunjukan tim asuhan Coach Indra Sjafri di 9 pertandingan Tur Nusantara II dengan tidak sekalipun menelan kekalahan (0%), 7 kemenangan (77,78%) dan 2 kali imbang (22,22%). 
  
Lalu bagaimana mungkin kegagalan di HBT menjadi satu-satunya parameter penilaian terhadap U-19 oleh HPU BTN PSSI? Fakta bahwa 3 kekalahan beruntun di HBT 1-3 oleh Brunei, 1-3 oleh Vietnam dan 1-2 oleh Kamboja tidak lantas menjadi pembenaran bahwa U-19 harus dievaluasi apalagi secara bersama-sama oleh beberapa pihak yang memiliki conflict of interest tinggi. Seharusnya pelatih kepala timnas kelompok umur lain yang diundang oleh HPU BTN PSSI juga bertanya mengapa hanya U-19 yang diberikan kesempatan bertanding lebih banyak, apakah karena nilai jual bisnis dan hak siar yang lebih tinggi?


PSSI jangan pernah lupa bahwa publik menilai sensasi PSSI yang membatalkan keikutsertaan U-19 ke COTIF menjadi alasan kuat secara psikologis dibalik kegagalan U-19 di HBT. PSSI berhentilah mencari sensasi, apalagi ke depan U-19 akan menghadapi pertandingan penting yakni mempertahankan AFF U-19 Youth Championship dan target masuk 3 besar di 2014 AFC U-19 Championship demi melenggang mulus ke U-20 World Cup New Zealand di 2015 nanti. Betul supporter tidak lebih tahu dari pengurus, namun PSSI nampaknya lupa bahwa bola itu bundar. Hitungan di atas kertas sangat mungkin berbeda dengan di lapangan. PSSI juga jangan pernah lupa kalau pemegang saham terbesar sepakbola dengan segala bisnisnya adalah supporter. Masih ingat kan Revolusi PSSI? []

No comments:

Post a Comment