[1] Kalopun buruh tidak berdemonstrasi, maka emangnya ada yang tahu kalo di beberapa daerah, UMP buruh masih ada yang menerima di bawah KHL? Yang tahu ada UMP di bawah KHL aja msh adem ayem. Di 2006-2012 banyak 37% rata2 buruh dpt upah dibawah upah minimum. Di 2009, bahkan menyentuh angka 44,6%.
[2] Katanya ikut mekanisme pasar, tapi kenapa sewa ormas untuk melarang demonstrasi?
[3] Buruh juga dukung BPJS 2014. Kalo kita cuman tahu buruh minta gaji Rp3,7 sebulan. Dan BPJS bukan produk DPR RI, tp hasil jalan kaki para buruh dari Bandung ke Jakarta [versi buruh]. Sayangnya yg g tau, cuman paham buruh nuntut gaji naik 50% jd Rp3,7 juta untuk bayar cicilan motor. Susah emang kalo dah bermandikan minyak mah... eh...
[4] Pengusaha pusing bukan cuman karena ada tuntutan buruh. Tapi pungutan2 liar para preman bahkan sampe ruko2 yg kecil2 aja dipungutin. Sayangnya seringkali oknum aparat juga terlibat. Jangankan pengusaha, warga aja dipungutin. Hello aparat? Tapi g cuman oknum aparat, politikus juga butuh dukungan dan dulangan suara. Disatu sisi, pengusaha juga tak jarang order tuk perebutan lahan.
[5] Demo buruh juga memang dikeluhkan para pengusaha dan calon investor. Tapi jgn lupa, masalah perizinan juga lebih sering dikeluhkan mereka, ada itu di doing business WB yang rilis hampir tiap tahun. Bahkan perusahaan2 yg g sanggup bayar upah, mau pergi, butuh waktu satu tahun.
[6] Buruh butuh naik untuk cicilan motor? Harusnya #terimakasihburuh produsen2 otomotif produknya bisa terbeli. Indonesia nih, the big four untuk urusan market. 237 juta penduduk di 2010, naik tiap tahun 1,49%. G cuman naik, penduduk kelas menengah juga naik. Pendapatan per kapita juga naik. Posisi skrg ±USD3ribu.
[7] Di Jawa nih kumpul 60-70% penduduk Indonesia. Awal konsentrasi di JKT. Ketika JKT berubah jadi basis jasa, dan upah di JKT naik, muncul istilah baru Jabodetabek. Jabodetabek naik muncul istilah Jabodetabek-Cirangkarta atau kita kenal The Greater Jakarta. The Greater Jakarta naik, lahir istilah The Greater Semarang dan Surabaya (Gerbangkertosusila). Proses ilmiah. Terus geser. Mudah2an geser juga ke Kawasan Timur Indonesia. Kalo buruh gak demo, gak geser2 tuh konsentrasi dan pemerataan. Apalagi infrastruktur. Biar pemerintah terus berpikir.
[8] Jadi pengusaha harus siap kenaikan gaji buruh/pegawai/karyawan tiap tahun, UMP nominal tiap tahun overall 12% naiknya. Kalo g siap ya g usah jadi pengusaha. kalo yg usahanya masih mikro, apalagi g berbadan hukum, gaji di bawah standard masih banyak di Indonesia ini. Jadi woles bro. Pusingnya Gak usah melebih-lebihi para pengusaha besar. Heheehe...
[9] Banyak yg g sadar, kalo UMP naik standard yg katanya status dan jenjangnya lebih tinggi dari buruh juga ikut naik. Biasanya 15% di atas upah buruh.
[10] Produktivitas TK rendah? Produktivitas TK di Indonesia 2001-2010 berbagai sektor CAGRnya 5,46%. UMP nominal 2005-2013, 12,8%. Lalu berapakah upah riil buruh? 2,7% per tahun.
Thursday, 31 October 2013
Wednesday, 30 October 2013
Nasib Parpol Islam 2014
-Memilih berdasarkan agama selalu ada. Parpol beraliran agama juga dijamin UU dan sudah ada sejak pemilu pertama 1955.
-Di 2 pemilu terakhir, kecenderungan parpol yg 'dekat' dg konstituen aliran agama cenderung menurun. PKB (-57%), PPP (-40%), PBB (-37%), PAN (-14%), PKS (-1%), termasuk PDS juga turun (-36%) dan sayangnya PDS gagal lolos PT.
-Di 2 pemilu terakhir, PBB mengalami penurunan suara terparah di 32 provinsi, satu provinsi mengalami peningkatan itupun karena provinsi baru, Sulbar. PPP di 30 provinsi suaranya menurun, PKB 24 provinsi, PAN 18 provinsi, PKS 11 provinsi.
-PBB mengalami penurun tertinggi di Babel -11,8%, padahal sebelumnya di Babel memimpin perolehan suara nasional di 2004 dg 102 ribu suara.
-Sedangkan PPP di Aceh dg -7,66%, PAN juga di Aceh dg -7,44%, PKS di Jakarta -4,57% setelah sebelumnya jadi suara terbanyak di 2004, PKB juga mengalami penurunan tertinggi sekitar -18,8% di Jatim setelah sebelumnya jadi juara tertinggi di pileg DPR RI 2004.
-Kelima partai tersebut, suaranya di 1999, 2004 dan 2009 overall kurang lebih sekitar 34 juta suara, suara parpol Islam lainnya di luar itu kurang lebih konstan sekitar 3 juta suara pada 99, 2004 dan 2008.
-Dengan, jumlah konstentan yang berkurang hampir 70%, ada peluang suara parpol Islam akan naik, walau mungkin masih dikisaran kurang lebih mungkin disekitaran 40 juta suara yang diperebutkan parpol Islam. Suara diluar itu, masih floating mass, ya semua tergantung kerja keras dan doa. Karena partai nasionalispun skrg bawa2 agama... hehehe... jadi ya selamat bertanding aja.
Monday, 28 October 2013
Adu Kuat Buruh vs Pengusaha
-Inpres No 9/2013 tentang Upah Minimum sudah diteken.
-Inpres mengatur inflasi plus untuk kenaikan UMP. Besaran “plus” secara umum untuk semua industri dibatasi maksimal 10%. Khusus industri padat karya dan usaha menengah, maksimal 5%.
-dlm inpres survei KHL harus lembaga independen: BPS. Bukan tim serikat buruh atau apindo.
-Buruh mogok nasional pada 28-30 Oktober di 20 provinsi untuk menolak inpres. 3 tuntutan buruh:
Pertama, adanya perundingan ulang kenaikan upah antara pekerja dan pengusaha. Hal ini dibenarkan bagi daerah yang upah minimumnya sudah di atas KHL (komponen hidup layak). Padahal, sesuai konstitusi upah minimum itu hanya ditentukan oleh pemerintah, bukan perundingan bipartite.
Kedua, dalam UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan penetapan upah minimum didasarkan pada survey KHL. Namun, inpres membuat blunder karena penetapan upah minimum di bawah KHL didasarkan pada jenis industri padat karya dan non padat karya.
Ketiga, inpres tersebut melanggar Konvensi International Labour Organization (ILO) No 87 dan No 98 serta bertentangan dengan UU No 21/2000 tentang serikat pekerja. Jika diperlukan akan ada gugatan ke komisi tinggi HAM Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
-UMP beberapa provinsi masih ada yang dibawah KHL.
-Beberapa provinsi, selama 2005-2013, CAGR KHL > CAGR UMP
-Jumlah buruh/karyawan/pegawai (2013) sekitar 41.6 juta, jumlah pengusaha 3,7 juta.
Sumber: berbagai sumber, diolah.
-Inpres mengatur inflasi plus untuk kenaikan UMP. Besaran “plus” secara umum untuk semua industri dibatasi maksimal 10%. Khusus industri padat karya dan usaha menengah, maksimal 5%.
-dlm inpres survei KHL harus lembaga independen: BPS. Bukan tim serikat buruh atau apindo.
-Buruh mogok nasional pada 28-30 Oktober di 20 provinsi untuk menolak inpres. 3 tuntutan buruh:
Pertama, adanya perundingan ulang kenaikan upah antara pekerja dan pengusaha. Hal ini dibenarkan bagi daerah yang upah minimumnya sudah di atas KHL (komponen hidup layak). Padahal, sesuai konstitusi upah minimum itu hanya ditentukan oleh pemerintah, bukan perundingan bipartite.
Kedua, dalam UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan penetapan upah minimum didasarkan pada survey KHL. Namun, inpres membuat blunder karena penetapan upah minimum di bawah KHL didasarkan pada jenis industri padat karya dan non padat karya.
Ketiga, inpres tersebut melanggar Konvensi International Labour Organization (ILO) No 87 dan No 98 serta bertentangan dengan UU No 21/2000 tentang serikat pekerja. Jika diperlukan akan ada gugatan ke komisi tinggi HAM Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
-UMP beberapa provinsi masih ada yang dibawah KHL.
-Beberapa provinsi, selama 2005-2013, CAGR KHL > CAGR UMP
-Jumlah buruh/karyawan/pegawai (2013) sekitar 41.6 juta, jumlah pengusaha 3,7 juta.
Sumber: berbagai sumber, diolah.
Thursday, 24 October 2013
Mendorong Kawasan Industri ke Kawasan Timur Indonesia
Sejauh
ini, kontribusi kawasan industri terhadap nilai ekspor, investasi dan
penerimaan negara terbilang positif dan menggembirakan. Menurut estimasi
Kementerian Perindustrian, kontribusi kawasan industri terhadap penciptaan
ekspor mencapai US$52 miliar (41% dari nilai total ekspor non migas tahun
2012), sedangkan terhadap penciptaan investasi sekitar US$10.2 miliar (60% dari
total investasi industri manufaktur) dan terhadap penerimaan negara menembus
angka US$938 juta yang berasal dari PBB, PPn, PPh.
Kontribusi
tersebut diprediksi akan terus meningkat karena dua hal yakni kinerja positif sektor
industri manufaktur (industri pengolahan) yang menjadi tenant utama kawasan industri dan adanya dukungan regulasi
pemerintah. Berdasarkan data BPS, kinerja positif sektor manufaktur terhadap
penciptaan PDB selama kurun waktu 2005-2012 rata-rata mencapai 26,67% setiap
tahunnya. Kinerja positif juga tercermin dari realisasi investasi PMA dan PMDN sektor
manufaktur selama kurun waktu yang sama. Data BKPM mencatat realisasi PMA sektor
manufaktur mengalami pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 19% sedangkan
PMDN sebesar 13%.
Adanya
dukungan regulasi pemerintah juga semakin membuka peluang meningkatnya
pertumbuhan kawasan industri baru di Indonesia. Hal ini didasari oleh komitmen
kuat pemerintah melalui Perpres No.28/2008 yang ingin menjadikan Indonesia
negara tangguh industri dunia pada tahun 2025 dengan menciptakan kawasan
industri baru sebagai pusat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Selain itu,
terbitnya PP No.24/2009 diyakini juga akan meningkatkan pertumbuhan kawasan
industri karena setiap pabrik industri baru yang berdiri wajib beroperasi di
dalam kawasan industri. Pemerintah juga merangsang calon investor untuk membuka
lahan kawasan industri dengan menawarkan insentif fiskal dan non fiskal melalui
UU No.39/2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Namun, peluang tersebut juga
harus diikuti dengan kebijakan pemerintah di dalam mendorong pemerataan
pembangunan kawasan industri khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
Sumber:kf19.devianart.com |
Saat ini bagi pelaku usaha pilihan bisnisnya semakin
terbatas, merelokasi usahanya ke luar negeri atau bergeser ke kawasan industri
lainnya di Indonesia? Merelokasi usaha ke luar negeri tentu menjadi pilihan
sulit mengingat Indonesia masih memiliki wilayah-wilayah lainnya yang masih
kompetitif untuk dijadikan basis produksi. Disamping itu, Indonesia merupakan salah
satu the big market potential karena memiliki 237 juta penduduk yang ditopang
dengan pendapatan per kapita sebesar US$3.850 setiap tahunnya. Berdasarkan
alasan-alasan tersebut, diyakini Indonesia masih merupakan pasar yang sangat
menggiurkan bagi para pelaku usaha dari dalam dan luar negeri untuk melakukan
aktifitas produksi sekaligus memasarkan produknya (inward-looking strategy).
Maka
opsi yang paling rasional bagi pelaku usaha pada jangka pendek adalah menggeser
basis produksi, salah satunya ke kawasan industri di KTI. Hal ini
dilatarbelakangi oleh tingkat harga lahan dan upah tenaga kerja pada kawasan
industri di KTI terbilang paling kompetitif. Namun demikian, berdasarkan
catatan Kementerian Perindustrian RI masih ada beberapa hal yang masih menjadi
tantangan bagi perkembangan kawasan industri di KTI diantaranya adalah minimnya
infrastruktur pendukung seperti transportasi (jalan, bandara, rel kereta api
dan pelabuhan), listrik, air bersih, telekomunikasi, gas dan infrastruktur
pendukung lainnya; kurangnya minat pihak swasta dalam mengembangkan kawasan
industri karena minimnya insentif fiskal dan non fiskal yang ditawarkan oleh pemerintah;
belum semua Kabupaten/Kota memiliki rencana peruntukan wilayah bagi kawasan
industri yang berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tantangan-tantangan
tersebut menjadi faktor utama lambatnya pertumbuhan kawasan industri di KTI
yang pada akhirnya menyebabkan regional
inequality.
Tentu
hal ini harus menjadi perhatian Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia yang
dibentuk melalui Keppres No.13 Tahun 2000 mengingat ketidakseimbangan ini juga mencerminkan
ketidakmerataan pembangunan ekonomi di Indonesia. Di sisi yang lain, perhatian
yang sama juga harus diberikan oleh Kementerian Perindustrian agar target 40% konsentrasi
industri harus berada di luar Pulau Jawa dapat teralisasi sesuai waktu yang
telah ditetapkan. []
Los Chicos Siempre Ganan
“Sport is unifying the world and football is
leading the way”—Anonymous
Walaupun Timor Leste belum
ditetapkan secara resmi menjadi anggota ASEAN, tahun 2004 menjadi tahun
bersejarah bagi Timnas Sepakbola Timor Leste karena untuk pertama kalinya
berpartisipasi di turnamen sepakbola negara-negara ASEAN, Tiger Cup (Asean
Football Federation Cup). Meski pada kesempatan perdana tersebut Timor Leste
harus puas menjadi juru kunci grup B dan harus mengakui kekalahan dari Malaysia
(skor 0-5), Thailand (0-8), Filipina (1-2) dan dari Myanmar (1-3).
Sumber Foto: FIFA |
Partisipasi Timor Leste di
AFF Cup setidaknya memiliki beberapa pelajaran penting. Pertama,
seperti adagium populer dari Ernesto Che Guevara, “Football It's not just a
simple game. It’s a weapon of the revolution!”. Sepakbola dapat
menjadi sarana yang efektif bagi sebuah entitas untuk berpartisipasi aktif agar
diakui eksistensinya oleh negara lain, dan catatan sejarah beberapa negara
dunia telah membuktikan hal tersebut.
Kedua, my game is fair
play. Di dalam sepakbola, persaudaraan terjalin tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongan. Trailer sebuah film Goal Dreams
arahan sutradara Maya Sanbar dan Jeffrey Saunders yang diproduksi pada tahun
2004-2005 menggambarkan bagaimana orang-orang yang berbeda suku, agama, ras dan
golongan dapat bersatu dalam Timnas Palestina yang dilatih oleh seorang kulit
putih dan berbeda agama, Alfred Riedl—yang juga pernah melatih Timnas
Indonesia.
Pada level antar negara, my
game is fair play juga pernah terjadi. Truce atau
gencatan senjata pada perang dunia pertama tahun 1914 diakui oleh sejarawan
Inggris, James Taylor dimulai oleh permainan si kulit bundar, walaupun pada
saat itu belum mampu melahirkan perdamaian abadi antara sekutu kontra Jerman.[1] Namun perdamaian itu akhirnya terjadi di beberapa
ratus tahun kemudian, diantara Timor Leste dengan Indonesia. Beberapa kali
Timor Leste menjadi lawan tanding Indonesia dalam friendly match,
terakhir 14 November 2012 di Gelora Bung Karno sebelum AFF 2012 bergulir.
Dua pelajaran penting di atas menjadi sedikit bukti bahwa
pengakuan eksistensi sebuah entitas dan terjadinya perdamaian pernah dimulai
dari lapangan hijau. Karena di dalam sepakbola, los chicos siempre
ganan, orang-orang selalu menang!
[1] Wirayudha, Randy. Secarik Kertas Tua
Berisi Bukti Sepakbola Membekukan Perang, http://bola.okezone.com/read/2013/06/19/419/824358/secarik-kertas-tua-berisi-bukti-sepakbola-membekukan-perang.
diakses tanggal 15 Agustus 2013
Tuesday, 22 October 2013
Potensi Besar Sepakbola ASEAN
Pertama, antusiasme. Sepakbola adalah olahraga terpopuler di ASEAN.
Hasil riset AC Nielsen pada tahun 2010 di 10 kota besar (Jakarta, Surabaya,
Medan, Semarang, Bandung, Makasar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan
Banjarmasin) mengungkapkan persentase orang yang menonton (audience share) siaran pertandingan pada laga pertama final AFF Cup
2010 antara Indonesia versus Malaysia
tanggal 26 Desember 2010 memperoleh rating
26 dan share 69,9% dan ditonton oleh
sekitar 12,8 juta orang berusia 5 tahun ke atas. Sedangkan laga kedua pada 29
Desember 2010 mencapai share 65,7%
dengan rating 23,1 yang ditonton oleh
lebih dari 11,4 juta orang berusia 5 tahun ke atas. Share ini meningkat dibandingkan dengan semifinal AFF Cup 2008
antara Indonesia melawan Thailand yang hanya mencapai rating 9 dan share 45%.
Supporter yang datang langsung ke stadion juga
memberikan banyak gambaran bahwa sepakbola menjadi olahraga terpopuler di Asia Tenggara.
Bahkan antusiasme supporter ASEAN terhadap
klub sepakbola lokal termasuk ke dalam 50 besar di dunia. Data statistik bola
melansir untuk musim kompetisi 2010/2011, rata-rata penonton di Indonesia Super
League (20 besar dunia) sebesar 11.566 per pertandingan, V-League, Vietnam (35)
dengan penonton 7.298 per pertandingan, Super League Malaysia (37) dengan 6.914
penonton per pertandingan, Thai Premier League, Thailand (48) dengan 6.914
penonton 5.170 per pertandingan.[1]
Sumber: FDSI |
Kedua, sepakbola adalah dunia tanpa batas. Mentalitas dunia tanpa batas (borderless world) sangat diperlukan di
dalam menyongsong komunitas ASEAN 2015 dan sepakbola kembali telah mengajarkan
itu. Maka tak heran ketika Sinthaweechai ‘Kosin’ Hathairattanakool dan Suchao
Nutnum pemain sepakbola asal Thailand yang pernah bermain di Persib Bandung
begitu diterima oleh publik sepakbola Indonesia khususnya pecinta Persib
Bandung. Hal yang sama juga dirasakan oleh publik Pelita Jaya Karawang yang menyambut
antusias kedatangan Safee Sali yang terkenal setelah membawa Malaysia
mengalahkan Indonesia di Final AFF Cup 2012. Atau seperti halnya Diogo Santos
Rangel, pemain asal Timor Leste yang saat ini mulai menjadi panutan bagi publik
Gresik. Hal yang sama pernah dirasakan pemain-pemain asal Indonesia seperti
Bambang Pamungkas dan Elie Eiboy selama membela Selangor FC (2005-2007), Ponaryo
Astaman bersama Telekom Malaka (2006-2007) atau Irfan Bachdim yang saat ini masih
membela Chonburi FC Thailand juga disambut dengan antusias dan dihargai mahal
selama bermain di luar Indonesia. Mampukah komunitas ASEAN dibangun dengan
mentalitas ini?
Ketiga, sepakbola ASEAN didukung oleh kekuatan
pasar (market-driven). Saat ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan
dari kawasan ASEAN yang menjadi sponsor klub-klub sepakbola top dunia. Beberapa
diantaranya dari Indonesia yakni PT. Garuda Indonesia, Tbk yang menjadi Global
Official Airline untuk tur Liverpool di Asia dan Australia, PT. Dua Kelinci
untuk Real Madrid, Extra Joss (PT. Bintang Toedjoe) dengan Manchester City, PT.
Multistrada Arah Sarana, Tbk dan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan Manchester United, PT. Indosat, TBK
dengan klub raksasa Spanyol Barcelona, terakhir Erick Thohir yang resmi menjadi
pembeli saham mayoritas klub sepakbola Italia, Inter Milan.
Beberapa
negara ASEAN lainnya juga telah melakukan hal yang sama. Perusahaan asal
Malaysia, AirAsia bahkan mengakuisisi saham mayoritas klub sepakbola Liga
Inggris Queens Park Rangers pada tahun 2011 silam. Perusahaan Malaysia lainnya
seperti Telekom, Bhd juga membeli lisensi penggunaan merek Manchester United
untuk penjualan produknya di Malaysia. Dari Thailand, Thaksin Sinawatra, mantan
Perdana Menteri juga pernah memiliki saham Machester City pada tahun 2007
silam. Perusahaan Thailand lainnya seperti Thailand Chang Beer Thai Beverage
Plc menjadi sponsor di Everton, Barcelona dan Real Madrid sedangkan Singha Beer
menjadi sponsor untuk Manchester United.
Sedangkan perusahaan
asal Vietnam, Vietinbank dan Bank for Investment and Development of Vietnam
masing-masing telah menandatangani kerjasama sponsorship dengan Chelsea dan
Manchester United. Perusahaan asal Myanmar yang memiliki produk Grand Royal
Whiskey juga turut ambil bagian dengan menjadi sponsor Chelsea.
Banyaknya
perusahaan-perusahaan ASEAN yang menjadi sponsor klub-klub sepakbola top dunia
tentu dengan maksud saling menguntungkan. Bagi perusahaan, diharapkan penjualan
produk mereka akan meningkat di pasar ASEAN, Asia-Oceania atau bahkan dunia.
Sedangkan bagi sepakbola ASEAN, datangnya beberapa klub top dunia seperti
Barcelona, Manchester United, Manchester City, Arsenal, Liverpool, Chelsea,
Inter Milan, Valencia, Ac Milan, Timnas Belanda dan beberapa lainnya diprediksi
akan berdampak positif bagi perkembangan kualitas Timnas, klub lokal dan minat
masyarakat ASEAN akan sepakbola. Termasuk saat ini sudah ada beberapa akademi
sepakbola klub-klub tersebut di beberapa negara ASEAN. Pertanyaan sederhana, apakah
komunitas ASEAN 2015 akan didukung oleh kekuatan pasar yang saling
menguntungkan?
Keempat, football
is more than just a game. Sepakbola tidak hanya urusan permainan 11 melawan
11 atau supporter atau bisnis semata,
namun juga akan memiliki dampak terhadap perekonomian. Adakah dampak
perekonomian dari keberadaan sepakbola? Di beberapa jurnal penelitian, para
ekonom telah banyak melakukan kajian terkait peranan sepakbola terhadap
perekonomian. Ashton, Gerard dan Hudson (2003) menyatakan ada hubungan yang sangat
kuat antara performa klub-klub sepakbola Liga Inggris dengan perubahan indeks
FTSE 100 (Financial Times Stock Exchange).
Duque dan Ferreira (2005) menemukan bahwa ada hubungan positif antara
pendapatan harga saham dan performa Sporting Lisbon di Portugal.
Berument dan
Yuncel (2005) juga mengatakan bahwa setiap kemenangan klub Fenerbahce (Turki)
dalam kompetisi Eropa akan meningkatkan pertumbuhan industri dalam satu bulan
sebesar 0,26%, dimana penelitian ini
dilakukan menggunakan sudut pandang happiness
para supporter, ketika Fenerbahce
menang di kompetisi Eropa maka happiness
supporter mereka meningkat, pada
akhirnya meningkatkan produktifitas mereka di dalam bekerja sehingga output
produksi ikut meningkat.
Lalu bagaimana
dengan sepakbola ASEAN? Dalam beberapa kasus dapat dilihat terdapat dampak
positif terhadap perekonomian. Seperti hasil survei lembaga AC Nielsen dimana
ketika perhelatan AFF Cup 2010 digelar, belanja iklan sepanjang tahun 2010 naik
23% dengan nilai sebesar Rp60 triliun.[2] Belum
lagi nilai-nilai ekonomi yang di dapatkan oleh pemain sepakbola dan perangkat
pertandingannya, event organizer
termasuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang mendapatkan keuntungan ekonomi hasil
penjualan pernak-pernik sepakbola, kaos bola dan merchandise. Selain memiliki dampak terhadap perekonomian,
sepakbola memiliki multiplier effect
non ekonomi seperti dampak terhadap happiness,
sosial dan budaya masyarakat. Lantas, apakah komunitas ASEAN 2015 akan memiliki
dampak ekonomi dan multiplier effect
yang positif bagi setiap anggota komunitasnya?
[1] 50 Liga Sepak Bola Dengan
rata-rata Penonton Terbanyak, http://andrictg.mywapblog.com/50-liga-sepak-bola-dengan-rata-rata-peno.xhtml,
diakses tanggal 16 Agustus 2013
[2] Piala AFF Dongkrak Belanja
Iklan, http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/202429-piala-aff-dongkrak-belanja-iklan,
diakses 16 Agustus 2013
Friday, 18 October 2013
Membangunkan Potensi Ekonomi Umat
Bank
Indonesia mencatat perputaran uang selama Ramadhan dan Idul Fitri terus
meningkat setiap tahunnya. Jika pada tahun 2011 perputaran uang hanya sekitar
Rp80,3 triliun, maka pada pada 2012 jumlahnya
meningkat menjadi Rp85,6 triliun bahkan di tahun 2013 mencapai Rp103,1 triliun.
Perputaran tersebut diperkirakan memiliki efek pengganda (marginal propensity to consume) 0,8 hingga 0,9 sehingga perputaran
uang memiliki kalkulasi akhir jauh lebih besar dari angka yang ada. Efek
pengganda tersebut berdampak ke beberapa sektor riil diantaranya sektor
konsumsi, manufaktur, transportasi dan komunikasi.
Disamping
itu, perputaran uang juga terdistribusikan ke daerah, BI memperkirakan selama
Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2013 Jakarta menyerap Rp31 triliun, sisanya Rp22
triliun untuk Indonesia bagian timur dan Rp50 triliun untuk Indonesia bagian
barat. Perputaran dan pendistribusian uang menandakan bahwa bulan suci Ramadhan,
lebaran ditambah tradisi mudik mampu menstimulus perekonomian di daerah. Ini
adalah salah satu tanda, bahwa umat Islam selama ini merupakan pelaku utama consumption driven growth di Indonesia. Hal
tersebut terbilang wajar mengingat umat Islam mencapai 87,18% dari sekitar 237
juta penduduk dan tersebar hampir merata di seluruh Indonesia (BPS, 2010).
Sumber foto: komunitas.yellowpages.co.id |
Namun
sampai kapan umat Islam hanya sebagai mayoritas konsumen dan menduduki posisi
kelas 2 di negeri sendiri? Sebuah gerakan patungan usaha coba digagas oleh
Ustadz Yusuf Mansur dimana dalam waktu singkat terkumpul dana Rp20 miliar untuk
berbisnis riil dengan membangun Hotel Siti di Cengkareng, Banten. Meski
demikian gerakan ini perlu disempurnakan dengan mengedepankan prinsip
kehati-hatian dan kelembagaan. Namun hal tersebut tidak mengurangi pelajaran
bagi kita bahwa umat Islam memiliki potensi ekonomi yang luar biasa untuk
melakukan aktifitas bisnis dari bersama, oleh bersama dan untuk bersama seperti
halnya ketika Bung Hatta menggagas ekonomi koperasi di Indonesia beberapa
dasawarsa silam.
Tidak
hanya dari sisi konsumsi dan bisnis, umat Islam juga memiliki potensi di dalam
meredistribusi pendapatan mereka untuk mengurangi ketimpangan ekonomi terlebih
mayoritas golongan bawah juga umat Islam itu sendiri. Memburuknya indeks rasio
gini Indonesia dari 0,34 di tahun 2010 menjadi 0,41 di tahun 2011 (BPS, 2012)
setidaknya menjadi cermin ada yang salah dalam pemerataan pendapatan di
Indonesia. Hal ini menurut Bappenas (2012) terjadi akibat konsumsi golongan
bawah (1-40%) mengalami pertumbuhan lebih rendah dari golongan atas (60% ke
atas). Dapatkah umat Islam menjawab tantangan ini? Islam sendiri telah
mewariskan instrumen redistribusi pendapatan melalui diantaranya zakat dan
wakaf.
Baznas
(2013) menyebut potensi zakat di Indonesia bisa mencapai Rp217 triliun. Jika
potensi itu terealisasi semuanya maka bisa dipastikan dana tersebut 23 kali lebih
besar dari anggaran BLSM yang hanya Rp9,3 triliun atau bahkan dapat menandingi pos
anggaran kemiskinan di APBN selama 3 periode berturut-turut dari 2010-2012 yang
mencapai Rp206,7 triliun. Namun demikian, realisasi zakat di 2013 hanya sekitar
1% yakni Rp2,73 triliun meskipun setiap tahun realisasi zakat terus mengalami
peningkatan. Realisasi zakat di tahun 2011 sebesar Rp1,7 triliun, tahun 2010
Rp1,5 triliun dan tahun 2006 hanya Rp800 miliar. Cerita angka tersebut bisa
saja lebih besar karena banyaknya dana zakat yang dikelola oleh lembaga-lembaga
zakat non pemerintah apalagi jika pemerintah membuat rules of the game wajibnya zakat diikuti dengan law enforcement bagi umat Islam di
Indonesia.
Lain
halnya dengan zakat yang diwajibkan di dalam Islam, wakaf masih sebatas sunah meski dengan level sunah mustahab (sangat dianjurkan). Islam yang sangat menghindari aset
menganggur dan sangat mendorong kegiatan produktif menjadikan wakaf sebagai
salah satu instrumen redistribusi pendapatan yang juga sangat potensial. Wakaf
dapat berupa barang tak bergerak, barang bergerak non uang dan bergerak berupa
uang. Wakaf tanah misalnya, data
Kementerian Agama (2013) mengungkapkan total tanah wakaf di Indonesia mencapai
4 juta ha yang tersebar di sekitar 428 ribu lokasi. Wakaf uang juga memiliki
potensi yang besar, 20 juta umat Islam berwakaf uang setiap orang per bulan Rp100
ribu maka dalam setahun maka akan terkumpul dana wakaf sebesar Rp24 triliun,
jika saja 50 juta umat Islam Indonesia berwakaf uang setiap orang perbulan Rp100
ribu maka akan terkumpul Rp69 triliun (Edwin & Harahap, 2011). Sama halnya
dengan cerita angka zakat, cerita angka wakaf juga bisa saja lebih besar karena
banyaknya dana wakaf yang dikelola oleh lembaga-lembaga wakaf non pemerintah.
Semua
di atas hanya sekedar cerita tentang potensi ekonomi umat Islam di Indonesia.
Selanjutnya tinggal tugas para umara’ (penguasa), ruasa’ (pemimpin) dan ulama
yang ingin membangunkan potensi ekonomi umat ini atau tidak?
Subscribe to:
Posts (Atom)