“Sport is unifying the world and football is
leading the way”—Anonymous
Walaupun Timor Leste belum
ditetapkan secara resmi menjadi anggota ASEAN, tahun 2004 menjadi tahun
bersejarah bagi Timnas Sepakbola Timor Leste karena untuk pertama kalinya
berpartisipasi di turnamen sepakbola negara-negara ASEAN, Tiger Cup (Asean
Football Federation Cup). Meski pada kesempatan perdana tersebut Timor Leste
harus puas menjadi juru kunci grup B dan harus mengakui kekalahan dari Malaysia
(skor 0-5), Thailand (0-8), Filipina (1-2) dan dari Myanmar (1-3).
Sumber Foto: FIFA |
Partisipasi Timor Leste di
AFF Cup setidaknya memiliki beberapa pelajaran penting. Pertama,
seperti adagium populer dari Ernesto Che Guevara, “Football It's not just a
simple game. It’s a weapon of the revolution!”. Sepakbola dapat
menjadi sarana yang efektif bagi sebuah entitas untuk berpartisipasi aktif agar
diakui eksistensinya oleh negara lain, dan catatan sejarah beberapa negara
dunia telah membuktikan hal tersebut.
Kedua, my game is fair
play. Di dalam sepakbola, persaudaraan terjalin tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongan. Trailer sebuah film Goal Dreams
arahan sutradara Maya Sanbar dan Jeffrey Saunders yang diproduksi pada tahun
2004-2005 menggambarkan bagaimana orang-orang yang berbeda suku, agama, ras dan
golongan dapat bersatu dalam Timnas Palestina yang dilatih oleh seorang kulit
putih dan berbeda agama, Alfred Riedl—yang juga pernah melatih Timnas
Indonesia.
Pada level antar negara, my
game is fair play juga pernah terjadi. Truce atau
gencatan senjata pada perang dunia pertama tahun 1914 diakui oleh sejarawan
Inggris, James Taylor dimulai oleh permainan si kulit bundar, walaupun pada
saat itu belum mampu melahirkan perdamaian abadi antara sekutu kontra Jerman.[1] Namun perdamaian itu akhirnya terjadi di beberapa
ratus tahun kemudian, diantara Timor Leste dengan Indonesia. Beberapa kali
Timor Leste menjadi lawan tanding Indonesia dalam friendly match,
terakhir 14 November 2012 di Gelora Bung Karno sebelum AFF 2012 bergulir.
Dua pelajaran penting di atas menjadi sedikit bukti bahwa
pengakuan eksistensi sebuah entitas dan terjadinya perdamaian pernah dimulai
dari lapangan hijau. Karena di dalam sepakbola, los chicos siempre
ganan, orang-orang selalu menang!
[1] Wirayudha, Randy. Secarik Kertas Tua
Berisi Bukti Sepakbola Membekukan Perang, http://bola.okezone.com/read/2013/06/19/419/824358/secarik-kertas-tua-berisi-bukti-sepakbola-membekukan-perang.
diakses tanggal 15 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment