Thursday, 24 October 2013

Los Chicos Siempre Ganan

“Sport is unifying the world and football is leading the way”—Anonymous

Walaupun Timor Leste belum ditetapkan secara resmi menjadi anggota ASEAN, tahun 2004 menjadi tahun bersejarah bagi Timnas Sepakbola Timor Leste karena untuk pertama kalinya berpartisipasi di turnamen sepakbola negara-negara ASEAN, Tiger Cup (Asean Football Federation Cup). Meski pada kesempatan perdana tersebut Timor Leste harus puas menjadi juru kunci grup B dan harus mengakui kekalahan dari Malaysia (skor 0-5), Thailand (0-8), Filipina (1-2) dan dari Myanmar (1-3).
Sumber Foto: FIFA
Pada tahun-tahun berikutnya, dengan status yang sama, non anggota ASEAN, Timor Leste juga kembali berpartisipasi di AFF Cup 2007 dan 2010. Pada tahun tersebut Timor Leste selalu kandas sejak babak penyisihan. Hal yang sama juga terjadi di AFF Cup 2012, berada satu grup dengan Myanmar, Laos, Brunei Darussalam dan Kamboja pada babak penyisihan, Timor Leste hanya mampu menempati posisi ke-3 klasemen akhir dan kembali gagal lolos ke fase grup.
Partisipasi Timor Leste di AFF Cup setidaknya memiliki beberapa pelajaran penting. Pertama, seperti adagium populer dari Ernesto Che Guevara, “Football It's not just a simple game. It’s a weapon of the revolution!Sepakbola dapat menjadi sarana yang efektif bagi sebuah entitas untuk berpartisipasi aktif agar diakui eksistensinya oleh negara lain, dan catatan sejarah beberapa negara dunia telah membuktikan hal tersebut.  
Kedua, my game is fair play. Di dalam sepakbola, persaudaraan terjalin tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Trailer sebuah film Goal Dreams arahan sutradara Maya Sanbar dan Jeffrey Saunders yang diproduksi pada tahun 2004-2005 menggambarkan bagaimana orang-orang yang berbeda suku, agama, ras dan golongan dapat bersatu dalam Timnas Palestina yang dilatih oleh seorang kulit putih dan berbeda agama, Alfred Riedl—yang juga pernah melatih Timnas Indonesia.
Pada level antar negara, my game is fair play juga pernah terjadi. Truce atau gencatan senjata pada perang dunia pertama tahun 1914 diakui oleh sejarawan Inggris, James Taylor dimulai oleh permainan si kulit bundar, walaupun pada saat itu belum mampu melahirkan perdamaian abadi antara sekutu kontra Jerman.[1] Namun perdamaian itu akhirnya terjadi di beberapa ratus tahun kemudian, diantara Timor Leste dengan Indonesia. Beberapa kali Timor Leste menjadi lawan tanding Indonesia dalam friendly match, terakhir 14 November 2012 di Gelora Bung Karno sebelum AFF 2012 bergulir.
Dua pelajaran penting di atas menjadi sedikit bukti bahwa pengakuan eksistensi sebuah entitas dan terjadinya perdamaian pernah dimulai dari lapangan hijau. Karena di dalam sepakbola, los chicos siempre ganan, orang-orang selalu menang!



[1] Wirayudha, Randy. Secarik Kertas Tua Berisi Bukti Sepakbola Membekukan Perang, http://bola.okezone.com/read/2013/06/19/419/824358/secarik-kertas-tua-berisi-bukti-sepakbola-membekukan-perang. diakses tanggal 15 Agustus 2013


No comments:

Post a Comment